PENGARUH INFUSA DAUN MURBEI ( Morus alba
L. ) TERHADAP PENURUNAN
KADAR
GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN DIABETES KARENA
PEMBERIAN
ALOKSAN
PENGARUH INFUSA DAUN MURBEI ( Morus alba L. ) TERHADAP PENURUNAN
KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN DIABETES KARENA
PEMBERIAN ALOKSAN
THE EFFECT OF MURBEI
LEAVES INFUSE ON BLOOD GLUCOSE LEVEL OF
ALOKSAN
INDUCTED DIABETIC
MALE WHITE
RATS
Endang Sri Sunarsih¹, Djatmika², dan Sri Nilawati²
¹Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
²Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “YAYASAN PHARMASI” Semarang
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan pengaruh infusa daun
murbei terhadap kadar glukosa darah dan mencari dosis efektif infusa daun
murbei yang mampu menurunkan kadar glukosa darah tikus putih jantan
diabetes karena pemberian aloksan. Obyek uji penelitian ini adalah 20 ekor
tikus putih jantan diabetes, galur Wistar, umur 2 – 3 bulan, BB 130 – 250
gram. Tikus dibagi secara acak dalam empat kelompok penelitian yaitu
kelompok I, II, III, dan IV yang berturut turut mendapat perlakuan dengan akuades
5 ml / Kg BB, insulin 12,6 U / Kg BB, infusa daun murbei dosis 549 mg/ Kg BB
dan 1098 mg / Kg BB. Perlakuan diberikan satu kali sehari selama 14 hari. Pengukuran
kadar glukosa darah dilakukan pada hari ke – 4, 7, 10 dan 14 setelah
perlakuan menggunakan metode ortho – toluidin.
Hasil pengukuran kadar
glukosa dalam darah ( mg/dl ) dianalisis secara statistika menggunakan metode
SPSS versi 13.00. Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa daun murbei dosis
549 mg / Kg BB dan 1098 mg / Kg BB dapat menurunkan kadar glukosa darah
tikus putih jantan diabetes karena pemberian aloksan dibanding kelompok
kontrol negatif dan efek penurunan yang ditimbulkan sebanding dengan insulin.
Kata kunci : infusa daun murbei, glukosa darah, aloksan, diabetes.
ABSTRACT
The study was conducted to evaluate the effect of infusion of
murbei leaves can used to decrease on blood glucose level and want to know
the effective dose on white male rat diabetic induced by aloksan. The
study use 20 male white rat diabetic of Wistar strain, at 2 – 3 months and 130
- 250 gram BW. The rats was divided randomized in 4 groups; each group
consist of 5 rats and given treatment series with 5 ml / Kg BB of aquadest
orally as negative controle; and 12.6 U / Kg BW of sub cutan insulin as
positif controle; 549 mg / Kg BW Murbei leaves infuse orally and 1098 mg /
Kg BW Murbei leaves infuse orally. The treatments were given once daily for
14 days. Blood glucose level were measured at 4th, 7th, 10th and 14th days
after treatment by ortho toluidin methode.
The result of blood
glucose level (mg/dl) was analyzed by 2 way ANOVA used SPSS methode version
13.00. The conclusion of the study showed that Murbei leaves infuse 549 mg /Kg
BW and 1098 mg / Kg BW can decrease blood glucose level with insulin
effect proporsionally.
Key words: infusion of murbei leaf, blood glucose, aloksan, diabetic.
PENDAHULUAN
Diabetes mellitus (DM)
merupakan salah atau penyakit degeneratif yang terus bertambah jumlahnya di
Indonesia. Jumlah kasus penyakit DM di propinsi Jawa Tengah dari tahun 2003
sampai tahun 2004 meningkat dari 54.560 menjadi 113.572, sedangkan jumlah
kematian akibat DM meningkat dari 98 menjadi 313 (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa
Tengah, 2004). Meningkatnya prevalensi DM ini disebabkan oleh perubahan gaya
hidup dan pola makan masyarakat. DM timbul akibat terjadinya defisiensi hormon
insulin absolut dan relatif yang berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber
energi dan mensintesa lemak (Mayes, P.A. 1990). Kekurangan insulin absolut
terjadi jika pankreas tidak berfungsi lagi untuk mensekresi insulin, sedangkan
kekurangan insulin relatif terjadi jika produksi insulin tidak sesuai dengan kebutuhannya
(Tjay dan Rahardja, 2002; Mutschler, 1986).
Mengingat bahayanya penyakit DM tidak dapat
disembuhkan, maka penggunaan obat merupakan pilihan utama dalam menanganinya.
Obat yang sering dipergunakan untuk terapi DM adalah golongan sulfonilurea dan
biguanid (Nolte, M.S dan Karam, J.H; 2002). Penggunaan obat anti diabetes
biasanya berlangsung lama dengan efek samping yang ditimbulkan cukup besar,
sehingga biaya yang ditanggung oleh penderita secara keseluruhan juga besar.
Maka diperlukan suatu alternatif pengobatan yang harganya relatif murah dan
khasiatnya tidak berbeda jauh dengan obat sintetik. Salah satu alternatif
pengobatan tersebut adalah penggunaan obat tradisional dari tanaman alam
(Miladiyah, I, dkk. 2003) misalnya penggunaan tanaman murbei ( M. alba L. ) sebagai
penurun kadar glukosa darah. Tanaman murbei terutama daunnya dapat digunakan untuk
mengobati DM, hipertensi, hiperkolesterolemia dan gangguan pada saluran cerna
(Dalimartha, S. 2000).
Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui pengaruh infusa daun murbei ( M. alba L. ) terhadap penurunan
kadar glukosa darah dan seberapa besar dosis efektif infusa daun murbei yang
mampu menurunkan kadar glukosa darah tikus putih jantan diabetes karena
pemberian aloksan.
METODE
PENELITIAN
BAHAN : Hewan uji tikus
putih jantan galur Wistar, umur 2 – 3 bulan, BB antara 130 – 200 gram,
diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Daun murbei yang telah dikeringkan. Insulin
Monotard 40 IU / ml ( B. Braun ), bahan – bahan yang dipakai untuk pengukuran
kadar glukosa darah meliputi: pereaksi ortho – toluidin ( E.Merck ), heparin sodium
injeksi U.S.P 5000 IU ( B.Braun ), Dglukosa monohidrat (E.Merck), asam trichloro
asetat 10 % ( E.Merck ), aloksan monohidrat 2,0 % (Sigma Aldrich USA). akuadest
dan akua bidestillata.ALAT : Spektrofotometer mini 1240 UV – Vis Shimadzu ,
mikroskop optic ( Digital Olimpus ), mikrotom.
PROSEDUR PENELITIAN :Pembuatan
infusa daun murbei : Daun murbei yang telah dikeringkan diserbuk dengan derajat
kehalusan 5/8, kemudian ditimbang serbuk kering daun murbei sebanyak 10 gram
ditambah 100 ml air suling dan air ekstra dua kali bobot serbuk di dalam panci
infus (Van Duin, C.F. 1960). Penyarian dilakukan selama 15 menit terhitung
mulai suhu mencapai 90οC, kemudian disaring panas melalui kain flanel dan
ditambah air panas secukupnya dalam ampas lalu disaring kembali sampai
diperoleh volume infus sebanyak 100 ml.
Pengelompokan dan perlakuan hewan uji :Sebelum
digunakan untuk penelitian, 20 ekor tikus dibuat diabetes dengan pemberian aloksan
150 mg / Kg BB secara intraperitonial. Sebelum dibuat diabetes dan tiga hari
setelah penyuntikan aloksan, tikus diambil darahnya, kemudian diukur kadar glukosa
darahnya menggunakan metode ortho-toluidin pada spektrofotometer visibel pada
panjang gelombang 634 nm.. Tikus
dikatakan mengalami diabetes apabila kadar glukosa darahnya > 200 mg/dl. Tikus
yang telah diabetes sebanyak 20 ekor dibagi secara acak menjadi 4 kelompok penelitian
yaitu kelompok I, II, III, dan IV, yang berturut turut mendapat perlakuan dengan
akuades 5 ml / Kg BB ( kontrol negatif ) per oral, insulin 12,6 U / Kg BB ( kontrol
positif ) sub cutan, infusa daun murbei dosis 549 mg / Kg BB per oral dan
infusa daun murbei dosis 1098 mg / Kg BB per oral. Perlakuan diberikan satu
kali sehari selama 14 hari.
Pengukuran kadar glukosa
darah : Sampel darah diambil melalui vena lateralis ekor tikus pada waktu
sebelum perlakuan ( diukur sebagai kadar gula darah awal ) dan pada hari ke-0 (
setelah tikus di induksi aloksan dan menjadi diabetes ), pada hari ke 4, 7, 10,
dan 14 setelah perlakuan.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui efek penurunan glukosa darah dan dosis efektif infusa daun
murbei ( M. alba L. ) yang mampu menurunkan kadar glukosa darah tikus diabetes
yang diinduksi aloksan. Sediaan infusa dipilih dalam penelitian ini karena disesuaikan
dengan kebiasaan masyarakat dalam menggunakan obat tradisional yaitu dengan
cara diminum dalam bentuk rebusan. Selain itu sediaan infusa dibuat dengan menggunakan
pelarut air, dimana pelarut airmudah diperoleh dan mempunyai sifat yang netral
sehingga tidak mempengaruhi hasil penelitian. Untuk membuat kondisi diabetes dalam
penelitian ini menggunakan metode uji diabetes aloksan, dimana sebagai pemicu diabetes
( diabetogen ) digunakan aloksan. Sedangkan metode pengukuran kadar glukosa darah
digunakan pereaksi warna orthotoluidin.
Sebelum dilakukan pengukuran
kadar glukosa darah tikus, terlebih dahulu tikus dipuasakan selama 18 jam.
Tujuannya untuk menghindari peningkatan kadar glukosa darah akibat makanan yang
masuk. Hasil pengukuran rerata kadar glukosa darah tikus pada tiap kelompok
perlakuan dapat dilihat pada tabel 1. Hasil pengukuran kadar glukosa darah awal
pada semua kelompok perlakuan diperoleh nilainya antara 64,24 – 89,48 mg / dl,
sedangkan pengukuran kadar glukosa darah pada hari ke – 0 ( waktu tikus menjadi
diabetes ) diperoleh hasil kadar glukosa darahnya antara 301,38 – 422,00 mg /
dl. Peningkatan kadar glukosa darah pada hari ke – 0 dibandingkan dengan hari
awal ini merupakan salah satu tanda bahwa tikus telah mengalami diabetes.
Pada kelompok kontrol
negatif dengan pemberian akuades 5 ml / Kg BB secara oral pada tikus diabetes,
menunjukkan penurunan purata kadar glukosa darah pada hari ke – 4 dan 7 bila
dibandingkan terhadap hari ke – 0 tidak dapat dipastikan penyebab turunnya kadar
glukosa darah pada kelompok ini, kemungkinan diduga tikus mengalami perubahan
fisiologis individual, pada waktu perlakuan dan saat pengambilan sampel darah, tetapi
kadar glukosa darahnya masih masuk dalam rentang kadar glukosa darah kondisi diabetes
yaitu > 200 mg / dl. Sedangkan pada hari ke – 10 dan 14 tikus mengalami peningkatan
purata kadar glukosa darah kembali. Pada kelompok kontrol positif dengan pemberian
insulin injeksi 12,6 Unit / Kg BB secara subkutan, kelompok sediaan uji infusa daun
murbei 549 mg / Kg BB dan 1098 mg / Kg BB yang diberikan secara peroral menunjukkan
penurunan purata kadar glukosa darah bila dibandingkan terhadap hari ke – 0 . Seperti
yang terlihat pada tabel 1, penurunan purata kadar glukosa darah pada tikus
diabetes ini menurun seiring dengan meningkatnya waktu terapi. Kelompok kontrol
positif ( insulin 12,6 U / Kg BB ) menunjukkan penurunan purata kadar glukosa
darah yang sangat besar pada hari ke – 10 dan 14. Pada kelompok sediaan uji
infusa daun murbei 549 mg / Kg BB mengalami fluktuasi penurunan secara bertahap
dan stabil pada hari ke – 4, 7, 10, dan 14 setelah pemberian sediaan infusa.
Penurunan kadar glukosa darah yang sangat besar terlihat pada hari ke – 7 dan 14
setelah pemberian infusa daun murbei 549 mg / Kg BB, kelompok sediaan uji
infusa daun murbei 1098 mg / Kg BB menunjukkan penurunan purata kadar glukosa
darah yang lebih besar pada hari ke – 14 dibandingkan terhadap hari ke – 0. Penurunan
kadar glukosa darah masing – masing kelompok perlakuan pada waktu tertentu
secara lebih jelas dapat dilihat dalam bentuk nilai persen rata – rata
perubahan kadar glukosa darah yang dapat dilihat pada tabel 2. Sedangkan grafik
yang menggambarkan persen perubahan kadar glukosa darah pada masing – masing
kelompok dapat dilihat pada gambar 1.
Data kadar glukosa darah (
mg / dl ) pada masing – masing tikus dan reratanya pada semua kelompok
perlakuan dianalisa secara statistik dengan metode analisa varian dua jalan
pada tingkat taraf kepercayaan 95 %. Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa pemberian
infusa daun murbei dosis 549 mg / Kg BB dan dosis 1098 mg / Kg BB mampu menurunkan
kadar glukosa darah secara bermakna ( p < 0,05 ) dibandingkan kontrol negatif
( Akuades 5 ml / Kg BB ) dan efek penurun kadar glukosa darah yang diberikan sebanding
( p > 0,05 ) dengan efek insulin 12,6 U / Kg BB dalam menurunkan kadar gula darah.
Penurunan kadar glukosa darah secara bermakna ( p < 0,05 ) pada kelompok
kontrol positif, infusa daun murbei dosis 549 mg / Kg BB dan dosis 1098 mg / Kg
BB dimulai pada hari ke – 14. Efek
penurunan kadar glukosa darah yang ditimbulkan oleh infusa daun murbei diduga
disebabkan oleh suatu senyawa yang memiliki sifat seperti insulin, dimana
senyawa tersebut mampu memacu terjadinya proses glikogenesis, pengubahan
kelebihan glukosa menjadi lemak serta menghambat glukoneogenesis (Guyton, A.C,
1997). Namun untuk mengetahui kandungan zat aktif infusa daun murbei yang
berperan pada penurunan kadar glukosa darah dan mekanisme aksi zat aktif infusa
daun murbei dalam menurunkan kadar glukosa darah tikus diabetes karena
pemberian aloksan diperlukan penelitian lebih lanjut.
SIMPULAN
DAN SARAN
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Infusa daun murbei ( M. alba L. ) dosis 549 mg / Kg BB
dan 1098 mg / Kg BB dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus diabetes karena
pemberian aloksan.
2. Dosis efektif infusa daun murbei yang mampu menurunkan
kadar glukosa darah tikus diabetes karena pemberian aloksan sebesar 549 mg / Kg
BB.
SARAN
Berdasarkan hasil
penelitian, disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang : uji
toksisitas, kandungan senyawa aktif infusa daun murbei yang mampu menurunkan
kadar glukosa darah, penelitian dengan memperlama waktu dan meningkatkan frekuensi
pemberian infusa daun murbei, gambaran histopatologi pankreas tikus yang diinduksi
aloksan dan setelah pemberian infusa daun murbei, serta pembuatan suatu sediaan
farmasetis dari daun murbei.
UCAPAN
TERIMA KASIH
Penulis menghaturkan terima kasih tiada terhingga,
kepada semua pihak yang telah membantu,
dalam melaksanakan penelitian hingga penyusunan naskah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Dalimartha,
S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid I. Jakarta : Trubus
Agriwidya.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2004. Profil Kesehatan Propinsi Jawa
Tengah ( sehat adalah investasi ). Jawa Tengah : Biro Pusat Statistik.
Guyton,
A. C. 1997. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Terjemahan Andrianto, P.
Edisi III. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Mayes,
P.A. 1990, Integration of Metabolism & the Provision of Tissue Fuels, dalam
Harper’s Biochemistry, 22th ed., Murray, R.K; Granner, D.K; Mayes, P.A; Rodwel,
V.W(ed), Appleton & lange, Prentice-Hall International Inc. 260-266.
Miladiyah,
I, Purwono, S, Mustofa. 2003. Efek Ekstrak Eter Daun Ceplukan ( Physalis minima
Linn ) Setelah Pemberian Jangka Panjang Terhadap Kadar Gula Darah Tikus Diabetes.
Majalah Obat Tradisional. Volume 8. ( 23 Januari – Maret 2003 ) : 10.
Mutschler,
E. 1986. Dinamika Obat. Edisi V. Bandung : ITB.
Nolte,
M.S dan Karam, J.H, 2002. Hormon Pancreas dan Obat Anti Diabetes, dalam Basic
& Clinical Pharmacology, 8th ed, Katzung, B.G, (ed), McGraw-Hill Companies
Inc. 271-710.
Tjay,
T. H, Rahardja, K. 2002. Obat – Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Ek – Efek Sampingnya.
Edisi ke V. Jakarta : PT Elex medica komputindo.
Van
Duin, C. F. 1960. Buku Penuntun Ilmu Resep Dalam Praktek Dan Teori. Terjemahan Satiadarma,
K., Nainggolan, S.P., Wangsaputra, E. Djakarta : Soeroengan,Petjenongan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar