UJI EFEK PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH EKSTRAK
AIR BUAH JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) PADA
KELINCI
THE DECREASE OF BLOOD
GLUCOSE CONCENTRATION
OF WATER EXTRACT GUAJAVA
(Psidium guajava L.) IN RABBITS
EM Sutrisna
Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Buah
Jambu biji secara empiris telah digunakan sebagai obat penurun gula darah.
Untuk membuktikan kebenaran hal tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh ekstrak air buah jambu biji terhadap kadar glukosa darah pada
kelinci. Penelitian dilakukan dengan menggunakan hewan kelinci. Sebanyak 24
kelinci galur lokal berat 1.1-1.7kg dibagi dalam enam kelompok. Kelompok I
diberi kontrol negatif dengan Na CMC 1%, kelompok II diberikan kontrol positif
glibenklamid dosis 0,235mg/kgbb, kelompok
III,IV, V, dan VI masing masing diberikan perlakuan ekstrak air berturut
turut konsentrasi 5%,10%, 20% dan 40%. Semua perlakuan tersebut diberikan per
oral. Setelah 30 menit semua kelinci diberi glukosa 50% 5ml/kgbb kelinci per
oral. Kemudian dilakukan pengukuran kadar glukosa darah pada 30 menit sebelum
perlakuan dan menit ke 0, 30, 60,90,120,180 dan 240 setelah perlakuan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ekstrak air buah jambu biji konsentrasi 5%, 10%
dan 20% mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah yang sebanding dengan
glibenklamid dosis 0,235mg/kgbb sedang ekstrak air buah jambu biji konsentrasi
40% mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah yang tidak sebanding dengan glibenklamid
dosis 0,235mg/kgbb (berbeda bermakna).
Kata kunci: jambu
biji (Psidium guajava L.), ekstrak air, glukosa darah
ABSTRACT
Empirically Guava has been used as
medicine to decrease blood concentration glucose. In order to prove it, this
research is done to know blood glucose concentration decrease of water extract
of guava.This research is done on rabbits. There are 24 rabbits local rabbits,
weight 1.1-1.7kg, there are divided into five groups. Group I is treated
negative control using Na CMC 1%,group II treated by positive control using
glibenclamide 0.235 mg/kg weight, and group III,IV, V,VI are treated by giving
water extract on 5%, 10 %, 20%, and 40% concentration for each. The whole
treatment is given orally. The next 30 minutes all of the rabbits is given
glucose 50% 5ml/ kg weight. Then blood concentration is measured at the minutes
of 30, 60, 90,120, 180 and 240. The research result shows that water extract on
5%, 10% and 20% concentration were capable to decrease blood glucose
concentration as well as glibenklamid 0.235mg/kg weight dosage, while water
extract on 40% was not capable to decrease blood glucosa concentration as well
as glibenclamid 0.235mg/kg weight dosage.
Key words: guava (Psidium
guajava L.), water extract, blood glucose
PENDAHULUAN
Dari
berbagai penyakit yang disebabkan oleh gangguan hormonal, yang paling sering
terjadi adalah diabetes mellitus (DM). Masyarakat luas sering menyebut DM dengan
penyakit kencing manis atau penyakit gula karena pada air kencing penderita
tersebut mengandung gula. Menurut laporan WHO, pada tahun 2000 lalu
diperkirakan terdapat 4 juta penderita DM di Indonesia. Jumlah ini diperkirakan
akan terus meningkat. Pada tahun 2010 diperkirakan menjadi 5 juta dan tahun
2030 diperkirakan sekitar 21,3 juta penduduk Indonesia menderita DM (Wild, S.,et al., 2004 dan Anonim, 2005).
Secara
umum gejala klinis DM adalah banyak makan, banyak minum, dan sering kencing. Hal
ini karena pada DM terjadi gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
Diabetes mellitus sering menimbulkan komplikasi akut maupun kronis. Penyakit DM
biasanya berlangsung lama sehingga pengobatan bisa lama bahkan bisa sampai
seumur hidup.
Pilar
pengobatan DM meliputi diet, olah raga dan obat anti diabetik. Obat anti
diabetik tersedia dalam bentuk anti diabetik oral dan dalam bentuk injeksi
insulin. Penggunaan obat yang berlangsung lama terlebih injeksi insulin akan
menyebabkan beberapa hal antara lain: sangat mengganggu, tidak disukai
penderita, adanya efek samping obat dan bahaya ketoksikan obat (Suyono, 2002)
Masyarakat
luas sekarang sudah menengok fitoterapi sebagai alternatif pengobatan DM,
karena dianggap fitoterapi relatif aman dan tanpa efek samping yang berarti. Secara
umum pilihan obat fitoterapi sebagai terapi alternatif didasarkan pada beberapa
alasan:
(1). lebih aman (toksisitas dan efek samping lebih kecil) terutama untuk
jangka waktu lama, (2) lebih tinggi efikasinya, (3) lebih baik keberhasilan
terapi karena tidak hanya meliputi terapi kausal tetapi juga terapi komplikasi,
simptomatik dan rehabilitasi, (4) lebih terjangkau biayanya dengan efikasi
yang sama (farmako ekonomi), (5) lebih bernilai ekonomi jika ditinjau dari
pemanfaatan dan pengembangan sumber daya nasional tanaman obat asli Indonesia
(Santosa dan Zaini , 2002).
Buah jambu biji telah digunakan oleh sebagian masyarakat
untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita kencing manis (Muhlisah,
2001). Badan POM juga menyatakan beberapa tanaman dapat digunakan untuk
menurunkan kadar glukosa darah, diantaranya adalah jambu biji, Alpukat, Jagung,
Lamtoro, Mahoni, Salam, Duwet, Bawang putih, Kumis kucing, Keji beling, Daun
sendok dan Labu parang (Anonim, 2005).
Penelitian tentang efek hipoglikemik buah jambu biji
adalah: (1) Pemberian perasan air buah jambu biji 0,517 g/hr akan menurunkan
kadar glukosa darah pada minggu ketiga, empat dan lima sebesar 12,3%, 24,79%,
dan 7,9% (Yusof,R.M., dan Said, M., 2004). (2) Pemberian juice 1 g/kg menyebabkan hipoglikemik pada mencit yang diinduksi
dengan alloxan (Cheng, JT., dan Yang, R.S., 1983), (3) berdasar studi literaur
dari 269 tanaman obat disimpulkan bahwa infusa dan dekokta dari buah jambu biji
dapat menurunkan kadar glukosa darah (Galicia,H., et al, 2002)
Penelitian ini dilakukan memakai metode yang sedikit
berbeda yaitu dengan pemberian ekstrak air buah jambu biji peroral dan
dilakukan pengukuran kadar glukosa darah selama enam jam.
METODE PENELITIAN
Bahan: buah jambu biji dari daerah Delanggu Klaten dan bahan penyari berupa
aquades, glibenklamid, glukosa, GOD PAP dari DiaSys, Na CMC 1%, kelinci galur
lokal berat 1,1 sampai 1,7kg.
Alat : kompor listrik, panci infusa, labu takar, kain flannel, batang pengaduk
dan Star Dust FC 15.
Jalan Penelitian
Determinasi Tanaman
Determinasi dilakukan di Laboratorium farmakognosi bagian Biologi Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan menggunakan buku acuan Flora of Java (Backer dan Van der Brink,
1962).
Pembuatan ekstrak air
Buah jambu biji yang sudah dibuat derajat halus dimasukkan dalam panci
infusa dan diberi air secukupnya lalu dipanaskan dalam penangas air selama 15 menit
terhitung mulai suhu 90o sambil sesekali diaduk. Lalu diserkai
selagi panas melalui kain flanel sampai diperoleh ekstrak air yang kental.
Penentuan dosis
a. Dosis
glibenklamid: pemakaian glibenklamid pada manusia dewasa 5mg. Faktor
konversi manusia dengan BB 70 kg ke kelinci berat 1,5kg adalah 0,07. Jadi
diperoleh dosis 0.07X5=0,35mg/1,5 kg berat badan kelinci = 0,235mg/kg berat
badan kelinci.
b.
Dosis ekstrak air
Kelompok perlakuan 1 konsentrasi 5%
Kelompok perlakuan 2 konsentrasi 10%
Kelompok perlakuan 3 konsentrasi 20%
Kelompok perlakuan 4 konsentrasi 40%
Penentuan waktu uji
Pemberian glibenklamid dan infusa dilakukan 30 menit
sebelum pemberian glukosa 50% berdasar percobaan operating time.
Penentuan panjang gelombang maksimum
Panjang gelombang maksimum yang digunakan untuk
pengukuran adalah 500 nm berdasar orientasi panjang gelombang maksimum.
Perlakuan hewan uji
Dua puluh empat ekor kelinci galur lokal berat 1,2 sampai
1,7 kg dibagi dalam 6 kelompok. Masing
masing kelompok terdiri dari 4 kelinci, yaitu:
(a) kontrol
negatif: diberi suspensi Na CMC 1% 5ml/kg berat badan per oral
(b) kontrol
positif: diberi glibenklamid dosis 0,235mg/kg berat badan
(c)
kelompok perlakuan 1: diberi ekstrak air buah jambu biji
5%
(d) kelompok
perlakuan 2: diberi ekstrak air buah jambu biji 10%
(e)
kelompok perlakuan 3: diberi ekstrak air buah jambu
biji 20%
(f)
kelompok perlakuan 4: diberi ekstrak air buah jambu
biji 40%
HASIL DAN PEMBAHASAN
Determinasi
Determinasi dilakukan untuk memastikan bahwa sampel tersebut
jambu biji. Determinasi dilakukan di Lab Farmakognosi Fakultas Farmasi UMS.
Hasil determinasi berdasar buku Flora of
Java (Backer dan Van der Brink, 1962) sebagai berikut: 1b–2b–3b–4b–6b–7b–9b–10b–11b–12b–13b–16a. golongan 10
daun tunggal, terletak berhadapan –239b–243b–244b–248b– 249b–250a–251b–253b–254b–255b–256b– 261a–262b–263b–264b. Familia
Myrtaceace (bangsa jambu) –1b–2a–2.
Psidium. Psidium Guajava L.
Penentuan panjang gelombang maksimum
Penetapan panjang
gelombang maksimum dilakukan untuk menetapkan panjang gelombang tertentu yang menyebabkan serapan maksimum
glukosa murni. Pada panjang gelombang tertentu
filter tersebut, perubahan serapan untuk setiap satuan konsentrasi
adalah paling besar. Dengan demikian akan didapatkan
kepekaan dan sensitivitas pengukuran yang maksimum.
Hasil absorbansi pada berbagai panjang gelombang terlihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 1–Absorbansi glukosa pada
berbagai macam panjang gelombang dengan pereaksi GOD-PAP dari DiaSys.
Λ (nm)
|
Absorbansi
|
405
|
0.058
|
500
|
0.324
|
546
|
0.236
|
578
|
0.130
|
630
|
0.023
|
Dari tabel terlihat hasil absorbansi terbaik terjadi pada
panjang gelombang 500 nm. Jadi pada percobaan dipakai panjang gelombang 500 nm.
Penentuan Operating Time (Waktu serapan optimum)
Penentuan operating
time dilakukan untuk mengetahui saat yang tepat larutan yang mengandung
senyawa yang berwarna terbentuk memberikan penyerapan yang stabil. Reaksi
antara reagen GOD PAP DiaSys dengan glukosa akan memberikan suatu kompleks
senyawa akhir yang berwarna merah. Dasar dari perlunya dilakukan penentuan
serapan optimum tersebut adalah Enzim (dalam hal ini GOD PAP) yang merupakan
senyawa protein memerlukan waktu inkubasi yang optimal dalam reaksinya. Dalam
hal ini glukosa tidak akan bereaksi secara sempurna dan optimal jika waktu
inkubasinya kurang atau melebihi.
Hasil operating
time dapat terlihat pada tabel 2
berikut ini:
Tabel 2– Absorbansi glukosa
dengan pereaksi GOD PAP DiaSys pada berbagai waktu (menit)
t (menit)
|
A
|
0
|
0.326
|
5
|
0.324
|
10
|
0.324
|
15
|
0.323
|
20
|
0.318
|
25
|
0.319
|
30
|
0.326
|
35
|
0.326
|
40
|
0.322
|
45
|
0.330
|
50
|
0.313
|
55
|
0.311
|
60
|
0.313
|
Dari tabel
di atas terlihat bahwa pada menit ke 5–15 memberikan serapan yang relatif
stabil sehingga ditentukan waktu serapan optimum adalah 5–15 menit.
Hasil
pengukuran kadar gukosa darah kelinci pada pemberian Na CMC (kontrol negatif),
glibenklamid (kontrol positif), dan ekstrak air buah jambu biji dan (area under curve) AUC
Hasil
pengukuran kadar glukosa darah pada 30 menit sebelum perlakuan, menit ke 0, 30,
60, 90, 120, 180 dan 240 setelah perlakuan
adalah sebagai berikut:
Gambar 1–Grafik hubungan antara
waktu vs kadar glukosa darah kelompok perlakuan, kontrol positif dan kontrol
negatif
Untuk mengetahui kenormalan distribusi data percobaan dilakuan uji Kolmogorov Smirnov. Pada Uji Kolmogorov Smirnov ternyata didapatkan D
hitung sebesar 0,125. Hal ini menunjukkan bahwa data percobaan tersebut terdistribusi
normal.
Untuk mengetahui adanya perbedaan kemampuan menurunkan kadar glukosa
darah dari tiap tiap kelompok maka dilanjutkan dengan uji analisis varian
(ANAVA) satu jalan. Hasil ANAVA menunjukkan F hitung sebesar 3,386 dengan taraf
signifikansi 0.025, ini berarti < 0.05. Sehingga dikatakan terdapat
perbedaan bermakna data glukosa darah pada kelompok tersebut.
Untuk mengetahui apakah ada perbe-daan antara pasangan kelompok
perlakuan dalam menurunkan kadar gula darah maka dilakukan uji LSD dengan taraf
kepercayaan 95%. Pada uji LSD didapatkan
data bahwa: kelompok negatif dan positif berbeda bermakna, kelompok perlakuan
I, II dan III berbeda bermakna dengan
kontrol negatif tetapi tidak berbeda bermakna dengan kontrol positif dan kelompok
perlakuan IV berbeda bermakna dengan kontrol positif tetapi tidak berbeda bermakna
dengan kontrol negatif.
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian di atas didapatkan pada konsentrasi I (5%),
konsentrasi II (10%) dan konsentrasi III (20%) berbeda bermakna terhadap
kontrol negatif dan tidak berbeda bermakna dengan kontrol positif artinya pada
ketiga konsentrasi tersebut sudah mempunyai efek hipoglikemik yang sebanding
dengan glibenklamid dosis 0,235 mg/kgbb. Pada konsentrasi
IV (40%) tidak berbeda bermakna dengan kontrol negatif dan berbeda bermakna
dengan kontrol positif. Artinya pada konsentrasi tersebut (40%), ekstrak air
buah jambu biji tersebut tidak lagi mempunyai efek hipoglikemik. Antara
konsentrasi I, II dan III tidak berbeda bermakna. Ini menunjukkan bahwa pada ketiga
seri dosis tersebut efek hipoglikemiknya relatif sama.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasar uji farmakologi ekstrak air buah jambu biji yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa ekstrak air buah jambu buji konsentarsi 5%, 10% dan
20% mempunyai efek hipoglikemik yang sebanding dengan glibenklamid dosis 0,235mg/kgbb.
Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kandungan zat aktif dari
ekstrak air buah jambu biji yang memiliki efek hipoglikemik.
DAFTAR ACUAN
Anonim, 2005, Berita
aktual badan POM, Mengenal beberapa
tanaman yang digunakan sebagai antidiabetika , http://www.pom.go.id/public/berita_aktual/detail.asp?id=74&qs_menuid=2 diakses 4 Juli 2005
Anonim,
2005, Health research agenda for the 21st
Century: Country Perspectives-Indonesia, http://www.whosea.org/researchpolicy/54ACHR.htm.
diakses 2 Juli 2005
Backer, C.A. , and Van der Brink, 1968, Flora of Java Volume II, Wolters
Noordhoff Groningen Netherlands
Cheng, JT., Yang, R.S., 1983, Hypoglycemic effect of Guava juice in mice
and human subjects, Am J. Chin Med.1983;11(1–4):74–6
Galicia, E.H., Contreras, A.A., Santamaria, L.A., Miranda, A.A.C., Vega,
L.M.G., Saenz, J.L.F., and Alarcon, F.J., 2002, Studies on Hypoglycemic Activity
of Mexican Medical Plants, Proc. West.
Pharmacol. Soc. 45: 118–124 (2002)
Muhlisah, F., 2001, Tanaman Obat
Keluarga, PT. Penebar Swadaya, Jakarta
Santosa, M.H., dan Zaini, N.C., 2002, Prospek Tantangan Penelitian, dan Pengembangan Tanaman Obat Untuk
terapi Diabetes, Surakarta
Suyono,
S., 1999, Patofisiologi Diabetes Melitus,
dalam Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu, sit. Hardiman, Dj, 2002, Diabetes Mellitus: Gejala dan Keluhan,
Patofisiologi dan Komplikasinya, Surakarta
Wild, S.,
Roglic, G., Green, A., 2004, Global Prevalence of Diabetes, Estimates for the
year 2000 and projections 2030, Diabetes
Care, Vol. 27, Numeber 5, May 2004
Yusof, R.M.,
and Said, M., 2004, Effect of high fibre fruit (Guava-psidium guajava
L.) on the serum glucose level in induced diabetic mice, Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition (2004) 13 (suppl)