Sabtu, 01 Juni 2013

Laporan Anti Fertilisasi


BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
  Sekarang ini, kelebihan populasi merupakan masalah kependudukan utama yang dialami di hampir semua negara di dunia terutama di negara-negara berkembang tidak terkecuali diIndonesia.  Penyebab utama masalah ini adalah banyaknya jumlah penduduk dan tingginya angka kelahiran setiap hari yang tidak diimbangi dengan produksi pangan dan kemajuan ekonomi.
Penanganan masalah jumlah penduduk yang makin bertambah sangatlah penting, salah satunya dengan mencegah kehamilan. Pada manusia ada beberapa cara yang dilakukan untuk mencegah kehamilan seperti menunda perkawinan, sistem berkala, mengalami sterilisasi wanita atau pria, menggunakan kondom, menjalani abortus, menggunakan obat spermatizid /pil vagina, obat kontrasepsi oral program maupun program pemerintah yaitu Keluarga Berencana yang juga berkaitan dengan pemakaian produk farmasi untuk pengendalian hormon – hormon reproduksi.
Pengujian efek farmakologi dari obat kontrasepsi yang beredar di pasaran perlu dilakukan untuk mengetahui keefektivan dari obat tersebut. Selain itu, sebagai seorang farmasis kita harus mengetahui obat kontrasepsi yang ideal dan tidak memiliki efek samping yang merugikan bagi pengguna obat tersebut.
I. 2 Maksud Percobaan
        Mengetahui dan memahami efek dari obat antifertilitas (kontrasepsi) terhadap hewan coba mencit (Mus musculus).
I.3 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui efektivitas Planotab® sebagai kontrasepsi oral terhadap  hewan coba mencit betina (Mus musculus) dan ekstrak etanol pare sebagai kontrasepsi alami terhadap hewan coba mencit jantan (Mus musculus)
I.4 Prinsip Percobaan
            Untuk  Mencit  Betina, prinsipnya adalah penentuan efek obat-obat antifertilitas terhadap hewan coba mencit (Mus musculus) berdasarkan ada tidaknya pertumbuhan janin pada uterus mencit betina setelah pemberian obat selama 7 hari. Pada  mencit jantan, penentuan tingkat efektifitas pemberian obat antifertilitas yakni uji ekstrak pare (Momordica charantia)  pada hewan mencit (Mus musculus) berdasarkan onset dan durasinya.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Fertilisasi adalah penyatuan spermatozoa dan oosit sekunder untuk membentuk sel diploid-zigot yang mengandung kromosom maternal dan paternal (Sloane, 2003).
Kontrasepsi adalah pencegahan konsepsi atau pencegahan kehamilan, bersifat sementara ataupun menetap. Kontrasepsi dapat dilakukan tanpa alat, secara mekanis, menggunakan obat atau alat, atau dengan operasi, yaitu (Mansjoer, 2001):
v  Menunda kehamilan. Pasangan dengan istri di bawah 20 tahun, dianjurkan menunda kehamilannya.
v  Menjarangkan kehamilan (mengatur kesuburan). Masa saat isteri berusia 20-30 tahun adalah yang paling baik untuk melahirkan 2 anak dengan jarak kelahiran 3-4 tahun.
v  Mengakhiri kesuburan (tidak ingin hamil lagi). Saat usia istri di atas 30 tahun, dianjurkan untuk mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 anak.
Telah diperhatikan dengan jelas bahwa selama dekade terakhir ini perurunan dosis kandungan kontrasepsi oral sangat menurunkan efek-efek samping baik efek samping ringan maupun efek samping yang berat, sehingga memberikan metode kontrasepsi yang aman dan nyaman bagi para ibu muda. Penggunaan kontrasepsi oral sekarang dihubungkan  dengan banyak keuntungan yang tidak ada hubungannya dengan kontrasepsi. Keuntungan-keuntungan ini termasuk berkurangnya resiko terjadinya kista ovarium, dan kanker payudara jinak. Insiden terjadinya kehamilan etropik lebih rendah. Defisiensi zat besi dan artritis reumatoid menjadi kurang umum, dan gejala-gejala pramenstruasi, dismenorea, endometriosis, jerawat, dan hirsutisme dapat membaik dengan pemakaian kontrasepsi oral ini (Olson. J., 2004).
Jenis Kontrasepsi Berdasarkan jenis dan cara pemakaiannya dikenal tiga macam kontrasepsi hormonal yaitu : Kontrasepsi Suntikan, Kontrasepsi Oral (Pil) Kontrasepsi Implant.
a. Kontrasepsi Suntikan (Syahrum, 2000)
1) Depo provera yang mengandung medroxyprogestin acetate 50 Mg.
2) Cyclofem yang mengandung medroxyprogesteron acetate dan estrogen.
3) Norethindrone enanthate (Noresterat) 200 mg yang mengandung derivate testosteron.
b. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntikan (Mader, 2000)
a) Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum untuk terjadinya ovulasi dengan jalan menekan pembentukan releasing faktor dari hipotalamus.
b) Mengentalkan lender serviks sehingga sulit untuk ditembus oleh spermatozoa.
c) Merubah suasana endometrium sehingga menjadi tidak sempurna untuk implantasi dari hasil konsepsi.
Kontrasepsi oral. Dikenal ada 4 tipe kontrasepsi, yaitu tipe kombinasi, tipe sekuensial, pil mini dan pil pasca senggama (Morning after pil). Tetapi yang banyak digunakan saat ini tipe kombinasi dan pil mini. Tipe kombinasi adalah yang mula-mula dikenal dan efektifitasnya paling tinggi, karena itu tipe inilah yang sampai sekarang paling banyak digunakan (Ganiswarna, 1995).
Progesteron, suatu progestin alami, dihasilkan sebagai respon terhadap hormone luteinisasi (LH) oleh perempuan (disekresi oleh korpus luteum, terutama selama pertengahan kedua siklus haid dan plasenta) dan oleh laki-laki (disekresi oleh testis). Juga disintesis oleh korteks adrenal pada kedua kelamin. Pada perempuan progesterone menyebabkan perkembangan sekresi endometrium yang dapat menampung implantasi embrio yang baru terbentuk (Mycek, 2001).
Progesterone lebih cepat diabsorbsi dengan semua cara pemberian. Waktu paruh dalam plasma singkat, karena dimetabolisme hamper lengkap dalam suatu jalan ke hati. Metabolit glukoronida (pregnanidiol glukoronida) disekresikan oleh ginjal. Progestin sintetik kurang cepat dimetabolisme (Mycek, 2001).
Efek samping utama yang berhubungan dengan penggunaan progestin adalah edema dan depresi. Progestin, mirip androgen dapat meningkatkan rasio kolesterol LDL/HDL, menyebabkan tromboflebitis dan emboli paru, serta akne, hirsutisme, dan bertambahnya berat badan (Mycek, 2001).
II.2 Uraian bahan
1.    Aquadest (Ditjen POM, FI III 1979 : 96)
Nama Resmi                 : Aqua Destillata
Nama Lain                    : Air suling
Berat Molekul              : 18,02 g/mol
Pemerian                     : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa
Penyimpanan                 : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                     : Sebagai pelarut
2.    Planotab®
a.    Levonorgestrel (Ditjen POM, FI IV 1995)
Nama Resmi          : Levonorgestrelum
Nama Lain            : Levonorgestrel
Pemerian              : Serbuk putih atau praktis putih, tidak berbau
Kelarutan                   : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam kloroform, sukar larut dalam etanol
Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup baik, tidak tembus cahaya
Kegunaan                    : Sebagai obat kontrasepsi
b. Etinil Estradiol (Ditjen POM, FI IV 1995)
Nama Resmi                : Ethnyl Estradiolum
Nama Lain                  : Etinil Estradiol
Pemerian                    : Serbuk hablur, putih sampai putih krem, tidak berbau
Kelarutan                   : Tidak larut dalam air, larut dalam etanol, dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak nabati dan dalam larutan alkali hidroksida tertentu
Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup bukan logam, tertutup rapat dan tidak tembus cahaya
Kegunaan                    : Sebagai obat kontrasepsi
3.    Na CMC (Ditjen POM, FI IV 1995)
Nama Resmi                    : Natrii carboxymetylcellulosum
Nama Lain                      : CMC, cethylone, thislose, selolax dan polise
Pemerian                        : Granul putih atau serbuk putih
Penyimpanan                   : Dalam wadah tertutup baik
Kelarutan                       : Praktis tidak larut dalam air
Kegunaan                        : Sebagai control
4.  Etanol ( Ditjen POM, 1979 )
Nama Resmi                    : Aethoclum
Nama Lain                       : Etanol
RM                                  : CH3 – CH2 – OH
Pemerian                          : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah          menguap, bau khas, mudah terbakar.
Kelarutan                        :   Sangat mudah larut dalam air, etanol LP.
Penyimpanan                    :  Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan                         :  Sebagai pelarut

5.  NaCl  ( Ditjen POM, 1979 )
Nama resmi                :    Natrii chloridum
Nama lain                   :    natrium klorida
Berat  molekul            :    58,44
Rumus molekul             :    NaCl
Pemerian                          :        hablur heksal hidrat , tidak berwarna, serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa asin.
Kelarutan                         :        Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan dalam kurang lebih 10 bagian gliserol P, sukar larut dalam etanol ( 95 % ) P.
Penyimpanan               :    Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                    :    Sebagai pereaksi
6.  Eter ( Ditjen POM, 1995)
Nama Resmi                    : AETHER
Nama Lain                       : Eter
RM / BM                         : C4H10O / 74,12
Pemerian                         :  Cairan mudah mengalir, mudah menguap, tidak berwarna; berbau khas. Teroksidasi perlahan-lahan oleh udara dan cahaya dengan membentuk proksidasi mendidih pada suhu lebih kurang 35o.
Kelarutan                      : Larut dalam air, dapat bercampur dengan  etanol, dengan benzene, dengan kloroform dan dengan pelarut heksana, dengan minyak lemak, dan minyak menguap.
Penyimpanan                    :      Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus acahaya, diisi sebagian; pada suhu tidak lebih dari 30o; jauhkan dari api.
Kelarutan                      : Sebagai anastesi.


II.3 Uraian Obat
Planotab®
    a. Etinilestradiol
Golongan                          : Kontrasepsi oral (Theodorus, 1996).
Indikasi                          : Kontrasepsi, menopause, osteoporosis, vaginitis senilis atau atrofi, karsinoma prostat dan mammae (Theodorus, 1996).
Farmakodinamik               : Memacu sintesis mRNA dan beberapa protein spesifik lain sehingga terjadi perangsangan sintesis DNA atau dengan menghambat pelepasan hormone FSH, RH, LH dari hipotalamus dan hipofise, serta efek sitotoksik sel tumor akibat penempatan reseptor hormone (Theodorus, 1996).
          Farmakokinetik               : Mengantagonis estrogen di reseptor jaringan, Pada wanita premenopause yang sehat dapat menurunkan efek hambatan estrogen terhadap prolaktin di hipofisis, Pada wanita dengan siklus anovulatoar dapat meningkatkan LH plasma (Gan Gunawan, 2007).
          Efek Samping                  : Gangguan penglihatan, demam, kulit kemerahan, sakit kepala, disorientasi, bingung (Theodorus, 1996).
          Kontraindikasi                 : Hamil, laktasi, gangguan fungsi hati berat, riwayat iketrus idiopatik, atau pruritus selama hamil, sindroma Dubin-Johnson, sindrom Rotor, tumor hati, tromboembolik, anemia sel sabit dalam pengobatan kanker darah atau endometrium, DM berat, gangguan metabolisme lemak, riwayat herpes, dan otosklerosis pada kehamilan, pendarahan vag yang abnormal (Pramudianto, 2010).
          Interaksi Obat               : Rifampin, gliseofulvin, barbiturate, anti konvulsi menurunkan aktivitasnya, menurunkan aktivitas antikoagulan, meningkatkan toksisitas teofilin dan siklosforin, dan vitamin C meningkatkan aktivitasnya (Theodorus, 1996)
          Dosis                              : 1 tablet/hari dimulai pada hari ke-1 dari siklus menstruasi sampai hari ke-21 diikuti masa istirahat selama 7 hari (Pramudianto, 2010). Terapi pengganti: 10-20 mcg/hari, Karsinoma mammae dan prostat: 3 x 0,1-1 mg/hari (Theodorus, 1996).
II.4 Uraian Tanaman
    II.4.1 Ekstrak Pare  (Momordica charantia)  
          Kingdom            : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom      : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi     : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi               : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas                : Magnoliopsida (berkeping dua/ dikotil)
Sub Kelas         : Dilleniidae
Ordo                : Violales
Famili               :
cucurbitaceae
Genus               : Momordica
Spesies            : Momordica charantia L.
    II.4.2 Morfologi (Momordica charantia L).
                                            Morfologi tanaman ini merupakan tanaman semak tumbuhan yang menjalar atau memanjat, serta berbau tidak enak. Batang tanaman pare memiliki lima rusuk dengan panjang 2 – 5 m, batang yang mudah memiliki rambut yang cukup rapat, daun tunggal berbentuk bulat dengan pangkal bentuk jantung,4 – 7 cm, bunga pare dibedakan menjadi bunga jantan dan bunga betina. Biji tanaman pare berwarna coklat kekuningan pucat memanjang (Gunawan, 2001).
    II.4.3 Kandungan Kimia dan Kegunaan
          a. Kandungan Kimia Pare (www.plantamor.com)
                     Daun pada tumbuhan ini mengandung zat-zat : zat pahit, minyak lemak, asam dammar, protein, besi, kalsium, fosfor, vitamin A, B1, dan C.
              b. Kegunaan Pare (www.plantamor.com)
                             Buah pare bersifat mematikan cacing.  Tanaman yang rasanya pahit ini mendinginkanm, membersihkan darah (buah yang belum masak), antiradang, menambah nafsu makan, menurunkan panas, dan menyegarkan.
II.5 Uraian Hewan Coba
Mencit (Mus musculus)
   II.5.1 Klasifikasi (Jasin, 1984)
        Kingdom             : Animalia
        Filum                 : Chordata
        Kelas                 : Mamalia
        Ordo                  : Rodentia
        Famili                : Muridae
        Genus                : Mus
        Spesies             : Mus musculus
II.5.2 Karakteristik
Dalam  laboratorium  mudah  ditangani,  ia  bersifat  penakut,  fotofobik, cenderung berkumpul sesamanya, mempunyai kecenderungan untuk bersembunyi dan lebih aktif pada malam hari, kehadiran manusia akan menghambat mencit. Suhu  tubuh normal (37,4°C). Laju respirasi normal 163 tiap menit. Berat badan dewasa, (jantan)   : 20-40 g dan (Betina)     : 25-40 g. Mulai dikawinkan       (jantan)         : 50 hari dan (betina)      : 50-60 hari. Siklus birahi : 4-5 hari.Produksi anak : 8/bulan, lama kehamilan  : 19-21 hari. Jumlah pernapasan : 94-163/menit , Tidal volume : 0,09-0,23, Detak jantung : 325-780/menit. Volume darah : 76-80 mg/kg, Tekanan darah : 113-147/81-106 mmHg, Glukosa dalam darah : 62-175 mg/dL, Cholesterol : 26-82 mg/dL, Kalsium dalam serum : 3,2-9,2 mg/IL, Phosfat dalam serum : 2,3-9,2 mg/IL, Hemoglobin : 10,2-16,6 mg/dL.
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat Yang Digunakan
        Alat yang digunakan dalam praktikum antifertilitas adalah alu, batang pengaduk, Erlenmeyer 50 ml, gelas piala 50 ml, gelas ukur 50 ml, glukometer, jarum suntik 1 ml, lap kasar, lumpang , pipet tetes, sendok tanduk, spoit oral (kanula), sudip, timbangan analitik, dan vial.
III.2 Bahan Yang Dipakai
     Bahan yang dipakai dalam praktikum antifertilitas adalah planotab®, aquadest, ekstrak pare 1%, eter, etanol, NaCl, Na CMC,  kertas timbang dan tissue.
III.3 Hewan Coba      
        Mencit (Mus musculus)
III.4 Cara kerja
III.4.1 Pemilihan dan pemeliharaan Hewan coba
1.     Dipilih hewan coba yang sehat (tidak cacat dan sakit)
2.    Mencit dipuasakan kurang lebih 8 jam
3.    Sehari sebelum diberi perlakuan, berat badan mencit ditimbang dan dibagi dalam beberapa kelompok berdasarkan jenis obat yang akan diberikan
4.    Mencit diberi tanda dan dicatat berat badannya
III.4.2 Penyiapan bahan
1.     Na CMC 1% b/v
a.    Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
b.    Ditimbang dengan seksama 1 gram Na CMC lalu didispersikan dengan air hangat sedikit demi sedikit sebanyak 50 ml.
c.    Kemudian digerus hingga Na CMC tersebut larut dengan air hangat dan diperoleh larutan yang jernih dan ditambahkan dengan 50 ml air dingin
d.    Disimpan dalam lemari es sehari 1 x 24 jam sebelum digunakan
2. Obat Antifertilisasi
a.    Planotab®
1)    Disiapkan alat dan bahan  yang digunakan
2)   Ditimbang glibenklamid sesuai dengan perhitungan
3)   Digerus dalam lumpang dan ditambahkan dengan larutan Na CMC sedikit demi sedikit, hingga obat larut
4)   Dimasukkan dalam labu takar dan dicukupkan hingga 10 ml dan dihomogenkan.
 III.4.3 Perlakuan hewan coba
       a. Kontrasepsi Wanita
1.   Diambil seekor mencit betina
2. Dipuasakan mencit tersebut
3. Diberi pra perlakuan berupa pemberian obat andalan selama 7 hari berturut-turut
4. Diamati perkembangan mencit
5. Setelah pra perlakuan mencit betina tersebut dibedah
6. Diamati  jumlah janin dan difoto
       b. Kontrasepsi Pria
1.   Diambil dua mencit jantan
2. Dipuasakan mencit tersebut
3. Diberi pra perlakuan berupa pemberian ekstrak pare 1 %  selama 7 hari berturut-turut
4. Diamati perkembangan mencit
5. Setelah pra perlakuan mencit betina tersebut dibedah
6. Diamati morfologi spermanya pada mikroskop dan difoto
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
IV. 1  Data Pengamatan
A.   Kontrasepsi Wanita
Mencit
BB mencit
VP
Obat
Hasil Pengamatan
Mencit Betina I
20 g
0,66 ml
Na CMC
Tidak Terdapat janin
Mencit Betina II
23 g
0,76 ml
Planotab
Tidak terdapat janin

B.    Kontrasepsi Pria

Kelompok Perlakuan
BB mencit
VP
Hasil Pengamatan
Morfologi Sperma
Berat Testis
Kontrol Na CMC
20 g
0,7 ml
Normal
380 mg
Ekstak etanol pare
1 %
23 g
0,83 ml
Tidak Normal

277,5 mg

IV. 2   Gambar Pengamatan
a.   Janin mencit













b.  Sperma Na CMC 1%
            
c.   Sperma ekstrak pare 1%











BAB IV
PEMBAHASAN
Fertilitas  adalah  masa kesuburan wanita atau masa  dimana sel telur  telah mengalami proses pematangan  di dalam ovarium dan siap untuk dibuahi oleh sel sperma sehinga mengalami masa kehamilan.
Obat dan bahan yang berkhasiat mencegah pembuahan disebut disebut antifertilisasi. Obat-obat ini biasa juga disebut dengan obat kontrasepsi, berdasarkan pemikiran bahwa mencegah kehamilan dilakukan dengan usaha mencegah konsepsi yaitu mencegah persatuan antara telur dan sperma.
Pada percobaan ini dilakukan pengujian efek obat antifertilitas terhadap hewan coba mencit (Mus musculus). Obat antifertilitas yang digunakan adalah Planotab® sebagai kontrasepsi wanita dan ekstrak pare sebagai pengujian kualitas sperma pria. Adapun tujuan dilakukannya pemilihan strain yang sama adalah untuk mengurangi terjadinya kesalahan akibat faktor-faktor fisiologis dari hewan coba.
Pada percobaan ini digunakan hewan coba Mencit (Mus musculus) yang berkelamin jantan dan betina dan berasal dari strain yang sama. Alasan digunakannya mencit sebagai hewan coba adalah karena sistem reproduksinya hampir sama dengan manusia selain itu dibandingkan dengan hewan coba lain mencit dianggap paling mudah ditangani dan mudah dalam perawatannya.
Setelah 7 hari, mencit dibedah dan diambil bagian testisnya dan epididimisnya dicuci dengan NaCl 0,9%. Digunakan NaCl 0,9% untuk menarik cairan sperma keluar dan epididimis dan menjadi cairan suspensi. Larutan suspensi tersebut diambil 10 mikroliter untuk diamati dibawah mikroskop.
Dari percobaan yang dilakukan dapat diketahui bahwa mencit yang diinduksi dengan Na CMC 1% kondisi sel spermanya sempurna sedangkan mencit yang diinduksi dengan larutan ekstrak pare kondisi sel spermanya tidak sempurna yaitu ekor sel spermanya tidak tumbuh dengan baik.
Hal tersebut sudah sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa pinang dapat dijadikan sebagai obat kontrasepsi alami pria sebab pinang mengandung senyawa arekain, arekolidin, dan arekolin yang dapat menghambat proses spermatogenesis atau pembentukan sperma.
Kedua mencit betina dikumpulkan dalam 1 kandang dengan 1 mencit jantan selama 7 hari. Hal tersebut sengaja dilakukan agar terjadi perkawinan antara mencit jantan dan mencit betina. Setelah 7 hari, kedua mencit betina dibedah dan diamati ada tidaknya janin.
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa pada mencit betina yang diinduksi dengan larutan Planotab® tidak ditemukan janin dan pada mencit yang diinduksi dengan Na CMC 1% tidak ditemukan adanya janin.
Pada NaCMC tidak ditemukan janin, menurut seharusnya ditemukan janin setelah mencit betina melakukan perkawinan.
Ketidaksesuaian hasil yang diperoleh ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor kesalahan. Adapun faktor kesalahan tersebut antara lain tidak cukupnya volume pemberian yang diberikan kepada mencit dan juga mencit betina telah dikumpulkan dengan mencit jantan 3 jam sebelum diinduksi dengan obat kontrasepsi.




BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari praktikum antifertilitas dapat disimpulkan bahwa pada mencit betina dengan pemberian obat kontrasepsi Planotab® ditemukan janin, dan memberikan efek yang baik. Pada percobaan spermatogenesis, ekstrak pare bekerja efektif untuk merusak kualitas sperma
V.2 Saran
Diharapkan agar di lab dipasang AC.








DAFTAR PUSTAKA
Anonim,  2012. Penutun Praktikum Farmakologi dan Toksikologi II. UMI. Makassar.

Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta.

Olson. J., 2004. Belajar Mudah Farmakologi. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.

Prawirohardjo, 1999. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Tjan. H.T., dan Rahardjo  K., 1998. Obat-obat Penting. Depkes RI. Jakarta.

Mansjoer, Arif. 2001. “Kapita Selekta Kedokteran”. Media Aesculapius FK UI : Jakarta
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Ganiswarna. S.1995. Farmakologi dan TerapiEdisi IV. Departemen Farmakologi dan terapeutik Fakultaskedokteran: Jakarta







LAMPIRAN
B. Perhitungan dosis
   Obat Planotab®
   Diketahui                   : Dosis Obat Planotab®
                                      Levonorgestrel      = 0,15 mg
                                      Etinilestradiol                 = 0,03 mg
                               Berat rata-rata   =51,84mg
                               Berat etiket                 = 0,18 mg
                               Larutan stok       = 50 ml
     Ditanya             : a. Dosis untuk mencit 20 g dan 23 g
                               b. Volume pemberian (VP)
                               c. Larutan stok
                               d. Berat yang ditimbang (BYD)
      Penyelesaian    :
    a. Dosis Mencit
          Levonorgestrel
          Dosis mencit 20 g  = 0,15 mg x 0,0026
                                      = 0,00039 mg
                                          
          Dosis mencit 23 g  =    x  0,00039 mg
                                          
                                      = 0,0004485 mg

          Dosis mencit 30 g  =    x 0,00039 mg
                                          
                                      = 0,000585 mg

          Etinilestradiol

          Dosis mencit 20 g  = 0,03 mg x 0,0026

                                      = 0,000078 mg
     
                                         
          Dosis mencit 23 g  =    x 0,000078 mg
                                         
                                      = 0,0000897 mg

          Dosis mencit 30 g  =    x 0,000078 mg
                                         
                                      = 0,000117 mg


Dosis kombinasi (Andalan®) = dosis levonorgestrel + dosis etinilestradiol
                                          = 0,0004485 mg + 0,0000897 mg                                              = 0,0005382 mg
    b. Volume Pemberian
         VP mencit 30 g = 1 ml
                                   
          VP mencit 20 g =   x 1 ml
                                              
                                = 0,6 ml

    c. Larutan stok 50 ml

                        
       Larutan stok =      x 0,0005382  mg
                                               
                             = 0,02691 mg

    d. Berat Yang Ditimbang

             
       BYD =    x 51,84 mg
                  
                  = 7,75008 mg


Tidak ada komentar:

Posting Komentar