BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Sekarang
ini, kelebihan populasi merupakan masalah kependudukan utama yang dialami di
hampir semua negara di dunia terutama di negara-negara berkembang tidak
terkecuali diIndonesia. Penyebab utama
masalah ini adalah banyaknya jumlah penduduk dan tingginya angka kelahiran
setiap hari yang tidak diimbangi dengan produksi pangan dan kemajuan ekonomi.
Penanganan masalah jumlah penduduk yang
makin bertambah sangatlah penting, salah satunya dengan mencegah kehamilan. Pada manusia ada
beberapa cara yang
dilakukan untuk mencegah
kehamilan seperti
menunda perkawinan, sistem
berkala, mengalami sterilisasi
wanita atau
pria, menggunakan kondom, menjalani
abortus,
menggunakan obat spermatizid
/pil vagina, obat kontrasepsi oral program
maupun program pemerintah yaitu Keluarga Berencana yang juga berkaitan dengan
pemakaian produk farmasi untuk pengendalian hormon – hormon reproduksi.
Pengujian efek farmakologi dari
obat kontrasepsi yang beredar di pasaran perlu dilakukan untuk mengetahui
keefektivan dari obat tersebut. Selain itu, sebagai seorang farmasis kita harus
mengetahui obat kontrasepsi yang ideal dan tidak memiliki efek samping yang
merugikan bagi pengguna obat tersebut.
I. 2 Maksud
Percobaan
Mengetahui dan memahami efek dari obat
antifertilitas (kontrasepsi) terhadap hewan coba mencit (Mus musculus).
I.3 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini
adalah untuk mengetahui efektivitas Planotab® sebagai kontrasepsi oral
terhadap hewan coba mencit betina (Mus musculus) dan ekstrak etanol pare
sebagai kontrasepsi alami terhadap hewan coba mencit jantan (Mus musculus).
I.4 Prinsip Percobaan
Untuk Mencit
Betina, prinsipnya adalah penentuan efek obat-obat antifertilitas
terhadap hewan coba mencit (Mus musculus) berdasarkan ada tidaknya pertumbuhan janin pada uterus mencit betina
setelah pemberian obat selama 7 hari. Pada mencit
jantan, penentuan tingkat efektifitas
pemberian obat antifertilitas yakni uji ekstrak pare (Momordica charantia) pada hewan mencit (Mus musculus) berdasarkan onset dan durasinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Fertilisasi adalah penyatuan
spermatozoa dan oosit sekunder untuk membentuk sel diploid-zigot yang
mengandung kromosom maternal dan paternal (Sloane, 2003).
Kontrasepsi adalah pencegahan konsepsi atau pencegahan
kehamilan, bersifat sementara ataupun menetap. Kontrasepsi dapat dilakukan
tanpa alat, secara mekanis, menggunakan obat atau alat, atau dengan operasi,
yaitu (Mansjoer, 2001):
v Menunda
kehamilan. Pasangan dengan istri di bawah 20 tahun, dianjurkan menunda
kehamilannya.
v Menjarangkan
kehamilan (mengatur kesuburan). Masa saat isteri berusia 20-30 tahun adalah
yang paling baik untuk melahirkan 2 anak dengan jarak kelahiran 3-4 tahun.
v Mengakhiri
kesuburan (tidak ingin hamil lagi). Saat usia istri di atas 30 tahun,
dianjurkan untuk mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 anak.
Telah diperhatikan dengan jelas bahwa selama dekade terakhir ini perurunan
dosis kandungan kontrasepsi oral sangat menurunkan efek-efek samping baik efek
samping ringan maupun efek samping yang berat, sehingga memberikan metode
kontrasepsi yang aman dan nyaman bagi para ibu muda. Penggunaan kontrasepsi
oral sekarang dihubungkan dengan banyak
keuntungan yang tidak ada hubungannya dengan kontrasepsi. Keuntungan-keuntungan
ini termasuk berkurangnya resiko terjadinya kista ovarium, dan kanker payudara
jinak. Insiden terjadinya kehamilan etropik lebih rendah. Defisiensi zat besi
dan artritis reumatoid menjadi kurang umum, dan gejala-gejala pramenstruasi,
dismenorea, endometriosis, jerawat, dan hirsutisme dapat membaik dengan
pemakaian kontrasepsi oral ini (Olson. J., 2004).
Jenis Kontrasepsi Berdasarkan jenis dan cara pemakaiannya dikenal tiga
macam kontrasepsi hormonal yaitu : Kontrasepsi Suntikan, Kontrasepsi Oral (Pil)
Kontrasepsi Implant.
a.
Kontrasepsi Suntikan (Syahrum, 2000)
1) Depo provera yang mengandung medroxyprogestin acetate 50 Mg.
2) Cyclofem
yang mengandung medroxyprogesteron acetate dan estrogen.
3) Norethindrone enanthate (Noresterat) 200 mg yang mengandung derivate
testosteron.
b. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntikan (Mader,
2000)
a) Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan
ovum untuk terjadinya ovulasi dengan jalan menekan pembentukan releasing faktor
dari hipotalamus.
b) Mengentalkan lender serviks sehingga sulit untuk ditembus oleh
spermatozoa.
c) Merubah suasana endometrium sehingga menjadi tidak sempurna untuk
implantasi dari hasil konsepsi.
Kontrasepsi oral. Dikenal ada 4 tipe kontrasepsi, yaitu tipe
kombinasi, tipe sekuensial, pil mini dan pil pasca senggama (Morning after pil). Tetapi yang banyak digunakan
saat ini tipe kombinasi dan pil mini. Tipe kombinasi adalah yang mula-mula
dikenal dan efektifitasnya paling tinggi, karena itu tipe inilah yang sampai
sekarang paling banyak digunakan (Ganiswarna, 1995).
Progesteron, suatu progestin alami,
dihasilkan sebagai respon terhadap hormone luteinisasi (LH) oleh perempuan
(disekresi oleh korpus luteum, terutama selama pertengahan kedua siklus haid
dan plasenta) dan oleh laki-laki (disekresi oleh testis). Juga disintesis oleh
korteks adrenal pada kedua kelamin. Pada perempuan progesterone menyebabkan
perkembangan sekresi endometrium yang dapat menampung implantasi embrio yang
baru terbentuk (Mycek, 2001).
Progesterone lebih cepat diabsorbsi
dengan semua cara pemberian. Waktu paruh dalam plasma singkat, karena
dimetabolisme hamper lengkap dalam suatu jalan ke hati. Metabolit glukoronida
(pregnanidiol glukoronida) disekresikan oleh ginjal. Progestin sintetik kurang
cepat dimetabolisme (Mycek, 2001).
Efek samping utama yang berhubungan
dengan penggunaan progestin adalah edema dan depresi. Progestin, mirip androgen
dapat meningkatkan rasio kolesterol LDL/HDL, menyebabkan tromboflebitis dan
emboli paru, serta akne, hirsutisme, dan bertambahnya berat badan (Mycek,
2001).
II.2 Uraian bahan
1. Aquadest (Ditjen
POM, FI III 1979 : 96)
Nama Resmi :
Aqua Destillata
Nama Lain :
Air suling
Berat Molekul :
18,02 g/mol
Pemerian :
Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan :
Sebagai pelarut
2.
Planotab®
a.
Levonorgestrel (Ditjen POM, FI IV 1995)
Nama Resmi :
Levonorgestrelum
Nama Lain :
Levonorgestrel
Pemerian :
Serbuk putih atau praktis putih, tidak berbau
Kelarutan :
Praktis tidak larut dalam air, larut dalam kloroform, sukar larut dalam etanol
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup baik, tidak tembus cahaya
Kegunaan : Sebagai obat kontrasepsi
b. Etinil Estradiol
(Ditjen POM, FI IV 1995)
Nama
Resmi : Ethnyl Estradiolum
Nama Lain :
Etinil Estradiol
Pemerian :
Serbuk hablur, putih sampai putih krem, tidak berbau
Kelarutan :
Tidak larut dalam air, larut dalam etanol, dalam kloroform, dalam eter, dalam
minyak nabati dan dalam larutan alkali hidroksida tertentu
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup bukan logam, tertutup rapat dan tidak tembus cahaya
Kegunaan : Sebagai obat kontrasepsi
3.
Na CMC (Ditjen POM, FI IV 1995)
Nama
Resmi : Natrii
carboxymetylcellulosum
Nama Lain :
CMC, cethylone, thislose, selolax dan polise
Pemerian :
Granul putih atau serbuk putih
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup baik
Kelarutan :
Praktis tidak larut dalam air
Kegunaan :
Sebagai control
4. Etanol ( Ditjen POM, 1979 )
Nama
Resmi : Aethoclum
Nama
Lain : Etanol
RM : CH3
– CH2 – OH
Pemerian
: Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap, bau khas, mudah terbakar.
Kelarutan
:
Sangat mudah larut dalam air, etanol LP.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai pelarut
5. NaCl ( Ditjen POM, 1979 )
Nama resmi : Natrii chloridum
Nama lain : natrium klorida
Berat molekul : 58,44
Rumus molekul : NaCl
Pemerian : hablur heksal hidrat , tidak
berwarna, serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa asin.
Kelarutan : Larut
dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan dalam kurang lebih 10
bagian gliserol P, sukar larut dalam etanol ( 95 % ) P.
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pereaksi
6. Eter ( Ditjen POM, 1995)
Nama Resmi : AETHER
Nama Lain : Eter
RM / BM : C4H10O
/ 74,12
Pemerian : Cairan mudah
mengalir, mudah menguap, tidak berwarna; berbau khas. Teroksidasi
perlahan-lahan oleh udara dan cahaya dengan membentuk proksidasi mendidih pada
suhu lebih kurang 35o.
Kelarutan : Larut dalam air, dapat
bercampur dengan etanol, dengan benzene,
dengan kloroform dan dengan pelarut heksana, dengan minyak lemak, dan minyak
menguap.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus acahaya, diisi
sebagian; pada suhu tidak lebih dari 30o; jauhkan dari api.
Kelarutan : Sebagai anastesi.
II.3 Uraian Obat
Planotab®
a.
Etinilestradiol
Golongan : Kontrasepsi oral
(Theodorus, 1996).
Indikasi : Kontrasepsi,
menopause, osteoporosis, vaginitis senilis atau atrofi, karsinoma prostat dan
mammae (Theodorus, 1996).
Farmakodinamik : Memacu sintesis mRNA dan
beberapa protein spesifik lain sehingga terjadi perangsangan sintesis DNA atau
dengan menghambat pelepasan hormone FSH, RH, LH dari hipotalamus dan hipofise,
serta efek sitotoksik sel tumor akibat penempatan reseptor hormone (Theodorus,
1996).
Farmakokinetik : Mengantagonis estrogen di reseptor jaringan, Pada
wanita premenopause yang sehat dapat menurunkan efek hambatan estrogen terhadap
prolaktin di hipofisis, Pada wanita dengan siklus anovulatoar dapat
meningkatkan LH plasma (Gan Gunawan, 2007).
Efek Samping : Gangguan penglihatan, demam, kulit kemerahan,
sakit kepala, disorientasi, bingung (Theodorus, 1996).
Kontraindikasi : Hamil, laktasi, gangguan fungsi hati berat,
riwayat iketrus idiopatik, atau pruritus selama hamil, sindroma Dubin-Johnson,
sindrom Rotor, tumor hati, tromboembolik, anemia sel sabit dalam pengobatan
kanker darah atau endometrium, DM berat, gangguan metabolisme lemak, riwayat
herpes, dan otosklerosis pada kehamilan, pendarahan vag yang abnormal
(Pramudianto, 2010).
Interaksi Obat : Rifampin, gliseofulvin, barbiturate, anti konvulsi
menurunkan aktivitasnya, menurunkan aktivitas antikoagulan, meningkatkan
toksisitas teofilin dan siklosforin, dan vitamin C meningkatkan aktivitasnya
(Theodorus, 1996)
Dosis :
1 tablet/hari dimulai pada hari ke-1 dari siklus menstruasi sampai hari ke-21
diikuti masa istirahat selama 7 hari (Pramudianto, 2010). Terapi pengganti:
10-20 mcg/hari, Karsinoma mammae dan prostat: 3 x 0,1-1 mg/hari (Theodorus,
1996).
II.4 Uraian Tanaman
II.4.1
Ekstrak Pare (Momordica charantia)
Kingdom :
Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/ dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Violales
Famili : cucurbitaceae
Genus : Momordica
Spesies : Momordica charantia L.
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/ dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Violales
Famili : cucurbitaceae
Genus : Momordica
Spesies : Momordica charantia L.
II.4.2
Morfologi (Momordica charantia L).
Morfologi
tanaman ini merupakan tanaman semak tumbuhan yang menjalar atau memanjat, serta
berbau tidak enak. Batang tanaman pare memiliki lima rusuk dengan panjang 2 – 5
m, batang yang mudah memiliki rambut yang cukup rapat, daun tunggal berbentuk
bulat dengan pangkal bentuk jantung,4 – 7 cm, bunga pare dibedakan menjadi
bunga jantan dan bunga betina. Biji tanaman pare berwarna coklat kekuningan
pucat memanjang (Gunawan, 2001).
II.4.3
Kandungan Kimia dan Kegunaan
a. Kandungan Kimia Pare (www.plantamor.com)
Daun pada tumbuhan ini mengandung zat-zat : zat
pahit, minyak lemak, asam dammar, protein, besi, kalsium, fosfor, vitamin A,
B1, dan C.
b. Kegunaan Pare (www.plantamor.com)
Buah pare bersifat
mematikan cacing. Tanaman yang rasanya
pahit ini mendinginkanm, membersihkan darah (buah yang belum masak),
antiradang, menambah nafsu makan, menurunkan panas, dan menyegarkan.
II.5 Uraian Hewan Coba
Mencit (Mus
musculus)
II.5.1
Klasifikasi (Jasin, 1984)
Kingdom
: Animalia
Filum : Chordata
Kelas
: Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus
II.5.2
Karakteristik
Dalam laboratorium mudah
ditangani, ia bersifat
penakut, fotofobik, cenderung
berkumpul sesamanya, mempunyai kecenderungan untuk bersembunyi dan lebih aktif
pada malam hari, kehadiran manusia akan menghambat mencit. Suhu tubuh normal (37,4°C). Laju respirasi normal
163 tiap menit. Berat badan dewasa, (jantan) : 20-40 g dan (Betina) :
25-40 g. Mulai dikawinkan (jantan) :
50 hari dan (betina) : 50-60 hari. Siklus birahi : 4-5 hari.Produksi anak : 8/bulan, lama kehamilan : 19-21 hari. Jumlah pernapasan : 94-163/menit , Tidal volume : 0,09-0,23, Detak jantung : 325-780/menit. Volume darah : 76-80 mg/kg, Tekanan darah : 113-147/81-106 mmHg, Glukosa dalam darah :
62-175 mg/dL,
Cholesterol : 26-82 mg/dL, Kalsium dalam serum : 3,2-9,2 mg/IL, Phosfat dalam serum : 2,3-9,2 mg/IL, Hemoglobin : 10,2-16,6
mg/dL.
BAB III
METODE KERJA
III.1
Alat Yang Digunakan
Alat yang digunakan dalam praktikum
antifertilitas adalah alu, batang pengaduk, Erlenmeyer 50 ml, gelas piala 50
ml, gelas ukur 50 ml, glukometer, jarum suntik 1 ml, lap kasar, lumpang , pipet
tetes, sendok tanduk, spoit oral (kanula), sudip, timbangan analitik, dan vial.
III.2 Bahan Yang Dipakai
Bahan
yang dipakai dalam praktikum antifertilitas adalah planotab®, aquadest, ekstrak
pare 1%, eter, etanol, NaCl, Na CMC,
kertas timbang dan tissue.
III.3 Hewan Coba
Mencit (Mus musculus)
III.4 Cara kerja
III.4.1 Pemilihan
dan pemeliharaan Hewan coba
1.
Dipilih hewan coba yang
sehat (tidak cacat dan sakit)
2.
Mencit dipuasakan
kurang lebih 8 jam
3.
Sehari sebelum diberi
perlakuan, berat badan mencit ditimbang dan dibagi dalam beberapa kelompok
berdasarkan jenis obat yang akan diberikan
4.
Mencit diberi tanda dan
dicatat berat badannya
III.4.2 Penyiapan
bahan
1.
Na CMC 1% b/v
a.
Disiapkan alat dan
bahan yang digunakan
b.
Ditimbang dengan
seksama 1 gram Na CMC lalu didispersikan dengan air hangat sedikit demi sedikit
sebanyak 50 ml.
c.
Kemudian digerus hingga
Na CMC tersebut larut dengan air hangat dan diperoleh larutan yang jernih dan
ditambahkan dengan 50 ml air dingin
d.
Disimpan dalam lemari
es sehari 1 x 24 jam sebelum digunakan
2. Obat Antifertilisasi
a.
Planotab®
1)
Disiapkan alat dan
bahan yang digunakan
2)
Ditimbang glibenklamid
sesuai dengan perhitungan
3)
Digerus dalam lumpang
dan ditambahkan dengan larutan Na CMC sedikit demi sedikit, hingga obat larut
4)
Dimasukkan dalam labu
takar dan dicukupkan hingga 10 ml dan dihomogenkan.
III.4.3 Perlakuan hewan coba
a.
Kontrasepsi Wanita
1.
Diambil seekor mencit
betina
2. Dipuasakan mencit tersebut
3. Diberi pra perlakuan berupa
pemberian obat andalan selama 7 hari berturut-turut
4. Diamati perkembangan mencit
5. Setelah pra perlakuan mencit betina tersebut
dibedah
6. Diamati jumlah janin dan difoto
b.
Kontrasepsi Pria
1.
Diambil dua mencit
jantan
2. Dipuasakan mencit tersebut
3. Diberi pra perlakuan berupa
pemberian ekstrak pare 1 % selama 7 hari
berturut-turut
4. Diamati perkembangan mencit
5. Setelah pra perlakuan mencit betina tersebut
dibedah
6. Diamati morfologi spermanya pada
mikroskop dan difoto
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
IV. 1 Data Pengamatan
A.
Kontrasepsi Wanita
Mencit
|
BB mencit
|
VP
|
Obat
|
Hasil
Pengamatan
|
Mencit Betina I
|
20 g
|
0,66 ml
|
Na CMC
|
Tidak Terdapat janin
|
Mencit Betina II
|
23 g
|
0,76 ml
|
Planotab
|
Tidak terdapat janin
|
B.
Kontrasepsi Pria
Kelompok
Perlakuan
|
BB mencit
|
VP
|
Hasil
Pengamatan
|
|
Morfologi
Sperma
|
Berat Testis
|
|||
Kontrol Na CMC
|
20 g
|
0,7 ml
|
Normal
|
380 mg
|
Ekstak etanol pare
1 %
|
23 g
|
0,83 ml
|
Tidak Normal
|
277,5 mg
|
IV.
2 Gambar Pengamatan
a. Janin mencit
b. Sperma Na CMC 1%
c. Sperma ekstrak pare 1%
BAB IV
PEMBAHASAN
Fertilitas adalah
masa kesuburan wanita atau masa
dimana sel telur telah mengalami
proses pematangan di dalam ovarium dan
siap untuk dibuahi oleh sel sperma sehinga mengalami masa kehamilan.
Obat dan bahan
yang berkhasiat mencegah pembuahan disebut disebut antifertilisasi. Obat-obat
ini biasa juga disebut dengan obat kontrasepsi, berdasarkan pemikiran bahwa
mencegah kehamilan dilakukan dengan usaha mencegah konsepsi yaitu mencegah
persatuan antara telur dan sperma.
Pada percobaan ini dilakukan pengujian efek obat antifertilitas terhadap
hewan coba mencit (Mus musculus).
Obat antifertilitas yang digunakan adalah Planotab® sebagai kontrasepsi wanita
dan ekstrak pare sebagai pengujian kualitas sperma pria. Adapun tujuan dilakukannya pemilihan strain yang
sama adalah untuk mengurangi terjadinya kesalahan akibat faktor-faktor
fisiologis dari hewan coba.
Pada percobaan ini
digunakan hewan coba Mencit (Mus musculus)
yang berkelamin jantan dan betina dan berasal dari strain yang sama. Alasan
digunakannya mencit sebagai hewan coba adalah karena sistem reproduksinya
hampir sama dengan manusia selain itu dibandingkan dengan hewan coba lain
mencit dianggap paling mudah ditangani dan mudah dalam perawatannya.
Setelah 7 hari,
mencit dibedah dan diambil bagian testisnya dan epididimisnya dicuci dengan
NaCl 0,9%. Digunakan NaCl 0,9% untuk menarik cairan sperma keluar dan
epididimis dan menjadi cairan suspensi. Larutan suspensi tersebut diambil 10
mikroliter untuk diamati dibawah mikroskop.
Dari percobaan yang dilakukan dapat diketahui bahwa
mencit yang diinduksi dengan Na CMC 1% kondisi sel spermanya sempurna sedangkan
mencit yang diinduksi dengan larutan ekstrak pare kondisi sel spermanya tidak
sempurna yaitu ekor sel spermanya tidak tumbuh dengan baik.
Hal tersebut sudah sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa pinang dapat dijadikan sebagai obat kontrasepsi alami pria
sebab pinang mengandung senyawa arekain, arekolidin, dan arekolin yang dapat
menghambat proses spermatogenesis atau pembentukan sperma.
Kedua mencit
betina dikumpulkan dalam 1 kandang dengan 1 mencit jantan selama 7 hari. Hal
tersebut sengaja dilakukan agar terjadi perkawinan antara mencit jantan dan
mencit betina. Setelah 7 hari, kedua mencit betina dibedah dan diamati ada
tidaknya janin.
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat dilihat
bahwa pada mencit betina yang diinduksi dengan larutan Planotab®
tidak ditemukan janin dan pada mencit yang diinduksi dengan Na CMC 1% tidak
ditemukan adanya janin.
Pada NaCMC tidak ditemukan janin, menurut
seharusnya ditemukan janin setelah mencit betina melakukan perkawinan.
Ketidaksesuaian hasil yang diperoleh ini mungkin
disebabkan oleh beberapa faktor kesalahan. Adapun faktor kesalahan tersebut
antara lain tidak cukupnya volume pemberian yang diberikan kepada mencit dan
juga mencit betina telah dikumpulkan dengan mencit jantan 3 jam sebelum
diinduksi dengan obat kontrasepsi.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari praktikum antifertilitas dapat
disimpulkan bahwa pada mencit betina dengan pemberian obat kontrasepsi Planotab®
ditemukan janin, dan memberikan efek yang baik. Pada percobaan spermatogenesis,
ekstrak pare bekerja efektif untuk merusak kualitas sperma
V.2 Saran
Diharapkan agar di lab dipasang AC.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012.
Penutun Praktikum Farmakologi dan Toksikologi II. UMI. Makassar.
Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes
RI. Jakarta.
Olson. J., 2004. Belajar Mudah Farmakologi. Penerbit
Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.
Prawirohardjo, 1999. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Tjan. H.T., dan Rahardjo
K., 1998. Obat-obat Penting. Depkes RI. Jakarta.
Mansjoer, Arif. 2001. “Kapita
Selekta Kedokteran”. Media Aesculapius FK UI : Jakarta
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula.
Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Ganiswarna.
S.1995. Farmakologi dan TerapiEdisi IV.
Departemen Farmakologi dan terapeutik Fakultaskedokteran: Jakarta
LAMPIRAN
B. Perhitungan dosis
Obat
Planotab®
Diketahui :
Dosis Obat Planotab®
Levonorgestrel = 0,15 mg
Etinilestradiol = 0,03 mg
Berat rata-rata =51,84mg
Berat etiket = 0,18 mg
Larutan stok = 50 ml
Ditanya :
a. Dosis untuk mencit 20 g dan 23 g
b. Volume pemberian (VP)
c. Larutan stok
d. Berat yang ditimbang (BYD)
Penyelesaian :
a. Dosis
Mencit
Levonorgestrel
Dosis mencit 20 g =
0,15 mg x 0,0026
= 0,00039 mg
Dosis
mencit 23 g =
x 0,00039 mg
=
0,0004485 mg
Dosis
mencit 30 g =
x 0,00039
mg
=
0,000585 mg
Etinilestradiol
Dosis
mencit 20 g = 0,03 mg x 0,0026
=
0,000078 mg
Dosis
mencit 23 g =
x 0,000078
mg
=
0,0000897 mg
Dosis
mencit 30 g =
x 0,000078
mg
=
0,000117 mg
Dosis kombinasi
(Andalan®) = dosis levonorgestrel + dosis etinilestradiol
= 0,0004485 mg + 0,0000897 mg = 0,0005382 mg
b. Volume
Pemberian
VP mencit 30 g = 1 ml
VP
mencit 20 g =
x 1 ml
= 0,6 ml
c. Larutan stok 50 ml
Larutan stok =
x
0,0005382 mg
= 0,02691 mg
d. Berat Yang Ditimbang
BYD =
x 51,84 mg
= 7,75008 mg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar