Sabtu, 01 Juni 2013

Laporan Anti Diabetes


BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Untuk dapat melakukan aktivitas hidupnya sehari-hari, manusia dan makhluk hidup lainnya seperti hewan dan tumbuhan memerlukan energi.
Karbohidrat merupakan sumber energi terbesar yang mana didalam tubuh akan dimetabolisme menjadi glukosa yang kemudian digunakan langsung untuk kebutuhan energi tubuh ataupun disimpan dalam otot dan jaringan lain.
Namun kadangkala metabolisme yang diharapkan dari sumber energi ini tidak berlansung sebagaimana mestinya, yang mungkin disebabkan berbagai faktor, diantaranya disfungsi organ-organ tubuh yang berperan dalam metabolisme tersebut.
Diabetes Mellitus merupakan penyebab kematian ketiga di Indonesia setelah penyakit jantung dan kanker. Diabetes merupakan penyakit yang dapat menggangu metabolisme glukosa tersebut, dimana glukosa yang seharusnya menjadi bermanfaat dan merupakan sumber energi, berubah menjadi musuh dalam tubuh yang mengganggu sistem kestabilan organ.
Untuk mengatasi masalah tersebut, sekarang ini telah dikembangkan berbagai penemuan dan obat yang dapat menurunkan resiko dan mengobati penyakit Diabetes Mellitus. Berbagai produk obat dengan nama paten pun telah beredar di pasaran.
Pengujian efek farmakologi dari obat antidiabetes yang beredar di pasaran perlu dilakukan untuk mengetahui keefektivan dari obat tersebut. Selain itu, sebagai mahasiswa fakultas farmasi kita harus mengetahui obat antidiabetes yang ideal dan tidak memiliki efek samping yang merugikan bagi pengguna obat tersebut.
I.2 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami efek dari obat antidiabetes terhadap hewan coba mencit (Mus musculus).
I.3 Tujuan Percobaan
        Untuk menentukan tingkat efektifitas pemberian obat antidiabetes yaitu Glibenklamid, Glukovance® dan kontrol Na CMC juga untuk dapat mengetahui efek antidiabetes dari obat tersebut pada hewan coba mencit (Mus musculus) yang terlebih dahulu diinduksi dengan larutan glukosa 10%.
I.4 Prinsip Percobaan
        Penentuan penurunan kadar glukosa darah dan tingkat efektifitas pemberian obat antidiabetes yakni Glibenklamid dan Glukovance® pada hewan mencit (Mus musculus) yang telah diinduksi dengan larutan glukosa 10% berdasarkan onset dan durasinya dengan menggunakan alat glukometer.







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Pada orang sehat, air kemihnya tidak akan mengandung zat yang berguna bagi tubuh, seperti gula dan protein. Bila dalam air kemih seseorang terdapat gula yang berlebihan, ini berarti orang tersebut menderita penyakit kenccing manis atau diabetes melitus. Ini terjadi karena kekurangan hormone insulin. Penyakit sering buang air kesil disebut diabetes insipidus (Irianto, 2004).
Diabetes mellitus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu gangguan menahun pada khususnya metabolisme karbohidrat dalam tubuh, dan juga pada metabolisme lemak dan protein (lat. Diabetes = penerusan, mellitus = madu). Sebabnya ialah kekurangan hormon insulin untuk menggunakan (membakar) glukosa sebagai sumber energi serta guna sintesis lemak, dengan efek terjadinya hiperglikemia (Mycek, 2001)
Pankreas adalah suatu kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon peptida insulin, glukagon dan somatostatin, dan suatu kelenjar eksokrin yang menghasilkan enzim pencernaan. Hormon peptida disekresikan dari sel-sel yang berlokasi dalam pulau-pulau Langer hans (β atau sel –B yang menghasilkan insulin, α2 atau sel-A yang menghasilkan glukagon dan α1 atau sel-D yang menghasilkan somatostatin) (Mycek, 2001).
Ada empat jenis sel penghasil hormone yang teridentifikasi dalam pulau – pulau langerhans tersebut (Sloane, 2004):
Ø  Sel alfa memsekresi glucagon, yang meningkatkan kadar gula darah
Ø  Sel beta mensekresi insulin, yang menurunkan kadar gula darah
Ø  Sel delta mesekresi somatostatin, atau hormone penghalang hormon pertumbuhan, yang menghambat sekresi glucagon dan insulin.
Ø  Sel F mensekresi polipeptida pancreas, sejenis hormone pencernaan unruk fungsi yang tidak jelas, yang dilepaskan setelah makan.
Diagnosis DM awalnya dipikirkan dengan adanya gejala khas berupa polifagia, poliuria, polidipsia, lemas, dan berat badan turun. Gejala lain yang mungkin dikeluhkan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensi pada pria, serta prutitus vulva pada wanita (Mansjoer, 2001).
Kriteria diagnosis diabetes mellitus adalah kadar glukosa puasa ≥ 126 mg/dL, atau pada 2 jam setelah makan ≥ 200 mg/dL atau HbA1c ≥ 8%. Jika kadar glukosa 2 jam setelah makan > 140 mg/dL, tetapi lebih dari 200 mg/dL, dinyatakan glukosa toleransi lemah (Sukandar, 2008).
Manifestasi Klinik Diabetes Melitus yaitu (Sukandar, dkk, 2008):
v  DM tipe I
ü  Penderita DM tipe I biasanya memiliki tubuh yang kurus dan cenderung berkembang menjadi diabetes ketoasidosis karena insulin sangat kurang disertai peningkatan hormone glucagon.
ü  Sejumlah 20-40% pasien mengalami DKA setelah beberapa hari mengalami poliuria, polidipsia, polifagia, dan kehilangan bobot badan.


v  DM tipe II
ü Pasien dengan DM tipe II sering asimptomatik. Munculnya komplikasi dapat mengindikasikan bahwa pasien telah menderita DM selama bertahun-tahun, umumnya muncul neuropathi.
ü Pada diagnosis umumnya terdeteksi adanya letargi, poliuria, nokturia, dan polidipsia sedangkan penurunan bobot badan secara signifikan jarang terjadi.
II.2 Uraian Bahan
1.    Aquadest (Ditjen POM, FI III 1979)
Nama Resmi       : Aqua Destillata
Nama Lain          : Air suling
Pemerian            : Cairan jernih; tidak berwarna; tidakberbau; tidak mempunyai rasa
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan            : Sebagai pelarut
2.    Betadine®, Povidon Iodum (Ditjen POM, FI IV 1995)
Nama Resmi       : Povidoni Iodum
Nama Lain          : Povidon Iodum
Pemerian               : Serbuk amorf, coklat kekuningan, sedikit berbau khas. Larutan bereaksi asam terhadap kertas lakmus
Kelarutan               : Larut dalam air dan dalam etanol, praktis tidak larut dalam kloroform, dalam karbon tetrakloridam dalam eter, dalam heksana, dan dalam aseton
Penyimpanan           : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan               : Sebagai antiseptik
3.  Glibenklamida (Ditjen POM, FI IV 1995)
Nama Resmi           : Glibenclamidum
Nama Lain              : Glibenklamida
Pemerian                 : Serubuk hablur, putih atau hampir putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau
Kelarutan               : Praktis tidak larut dalam air dan dalam eter, sukar larut dalam etanol dan dalam methanol, larut sebagian dalam kloroform
Penyimpanan                   : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                        : Sebagai pelarut
4.    Glukosa (Ditjen POM, FI IV 1995)
Nama Resmi                    : Dextrosum
Nama Lain                      : Glukosa, Dekstrosa
Pemerian                         : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk granul putih, tidak berbau, rasa manis
Kelarutan                       : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, larut dalam etanol mendidih, sukar larut dalam etanol
Penyimpanan                   : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                        : Sebagai induksi sumber gula
5.    Metformin Hidroklorida (Ditjen POM, FI IV 1995)
Nama Resmi                    : Metformini Hydrochloridum
Nama Lain                      : Metformin hidroklorida
Pemerian                        : Serbuk hablur putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau, higroskopik
Penyimpanan                   : Dalam wadah tertutup baik
Kelarutan                         : Mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam eter dan dalam kloroform, sukar larut dalam etanol
Kegunaan                        : Sebagai obat antidiabetes
6.    Na CMC (Ditjen POM, FI IV 1995)
Nama Resmi                    : Natrii carboxymetylcellulosum
Nama Lain                      : CMC, cethylone, thislose, selolax dan polise
Pemerian                        : Granul putih atau serbuk putih
Penyimpanan                   : Dalam wadah tertutup baik
Kelarutan                       : Praktis tidak larut dalam air
Kegunaan                        : Sebagai pelarut dan control



II.3 Uraian Obat
1. Glibenklamid
Golongan                    : Antidiabetes (sulfonylurea) (Theodorus, 1996)
Indikasi                    : Diabetes mellitus (Theodorus, 1996)
Farmakodinamik         : Glibenclamid merangsang sekresi insulin dari granul sel – sel  langerhans pancreas. Rangsangannya melalui interaksinya dengan ATP sensitive K channel (Gan gunawan, 2007).
Farmakokinetik         : Sulfonilurea generasi II, umumnya potensi hipoglikemiknya hampir 100x lebih besar dari generasi I. meski waktu paruhnya pendek, hanya sekitar 3 – 5 jam, efek hipoglikemiknya berlangsung 12 – 24 jam, sering cukup diberikan 1x sehari. Alasan mengapa masa paruh yang pendek ini, memberikan efek hipoglikemik panjang, belum diketahui (Gan gunawan, 2007).
Efek Samping              : Mual, muntah, sakit perut, vertigo, bingung, ataksia, reaksi alergi (Theodorus, 1996). Insidens efek samping generasi I sekitar 4%. Insidensinya lebih rendah lagi untuk generasi II. Hipoglikemia, bahkan sampai koma tentu dapat timbul. Reaksi ini lebih terjadi pada pasien usia lanjut dengan gangguan fungsi hepar atau ginjal, terutama yang mengunakan sediaan dengan masa kerja panjang. Efek samping lain, reaksi alergi jarang sekali terjadi, mual, muntah, diare, gejala hematologic, SSP, mata dan sebagainya (Gan gunawan, 2007).
Kontraindikasi           : Wanita diabetes yang sedang hamil, penderita glikosuria renal non-diabetes, hipersensitivitas (Theodorus, 1996).
Interaksi Obat         : Glukokortikoid, hormone tiroid, diuretika, estrogen menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah bila diberikan bersamaan. Dosis obat ini harus ditingkatkan bila diberikan bersama fenitoin, rifampin, klorpromazin. Meningkatkan resiko hipoglikemia bila diberikan bersama alkohol, fenformin, sulfonamide, kaptopril, simetidin, antikoagulan, kloramfenikol, penghambat MAO dan anabolic steroid, klofibrat serta fenfluramin, salisilat (Theodorus, 1996)
Dosis                      : Permulaan 1 dd 2,5 – 5 mg, bila perlu dinaikkan setiap minggu sampai maksimal 2 dd 1 mg (Tjay, 2004).
2. Glukovance®, Metformin
Golongan                    : Antidiabetes (Theodorus, 1996)
Indikasi                    : Diabetes mellitus (Theodorus, 1996).NIDDM yang gagal dikendalikan dengan diet dan sulfonylurea, terutama pada pasien yang gemuk (Pramudianto, 2010).
Farmakodinamik         : Menghambat glukoneogenesis hepatic, menurunkan absorpsi glukosa di intestinum, perangsangan reseptor insulin, meningkatkan glikolisis anaerob yang mengakibatkan meningkatnya penggunaan glukosa (Theodorus, 1996)
Farmakokinetik         : Metformin oral akan mengalami absorpsi di intestine, dalam darah tidak terikat protein plasma, ekskresinya melalui urin dalam keadaan utuh masa paruhnya sekitar 2 jam (Gan gunawan, 2007).
Efek Samping              : Hampir 20% pasien dengan metformin mengalami mual; muntah; diare serta kecap logam (metallic tester); tetapi dengan meuunkan dosis, keluhan tersebut mulai hilang (Gan gunawan, 2007). Mual, muntah, diare, lidah rasa metalik, bingung, berkeringat, wanita menyesui (Theodorus, 1996)
Kontraindikasi           : Penyakit hati berat, penyakit ginjal yang disertai uremia, penyakit jantung kongestif, wanita diabetes yang hamil, wanita menyesui (Theodorus, 1996).
Interaksi Obat         : Kadar glukosa dalam darah meningkat bila diberikan bersama glukokortikoid, estrogen, hormone tiroid, beta bloker, rifampin, fenobarbital, fenitoin, klorpromazin (Theodorus, 1996). berinteraksi degan furosemid, furosemid meningkatkan kadar plasma metformin, Cmax meningkat 22% dan AUC 15%, perubahan ekskresi renal tidak signifikan. Cmax dan AUC furosemid lebih rendah 31 dan 12%, t½  terminal turun 32% tanpa perubahan signifikan pada klirens renal furosemid. Gliburid, pemberian tunggal metformin meningkatkan AUC dan Cmax gliburid tetapi sangat bervariasi (Pramudianto, 2010).
Dosis                      : 2-3 x 0,5-1 gr/hari (Theodorus, 1996)
II.4 Uraian Tanaman
II.4.1 Klasifikasi  Murbai (Morus alba L)
Kingdom               : Plantae
Subkingdom          : Tracheobionta
Super Divisi         : Spermatophyta
Divisi                   : Magnoliophyta
Kelas                    : Magnoliopsida
Subkelas              : Dilleniidae
Ordo                    : Urticales
Family                  : Moraceae
Genus                   : Morus
Spesies                :Morus alba L.
II.4.2 Morfologi
Tumbuh baik pada ketinggian lebih dari 100m dpl. Dan memerulukan cukup sinar matarhari. Pohon, tinggi sekitar percabangan banyak, cabang muda berambut halus daun tunggal, letak berseling, bertangakai yang panjangnya 4 cm. helai daun bulat telur sampai berbentuk jantung, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi berigi, pertulangan meyirip agak meninjol, permukaan atas dan bawahnya kasar, panjang 2,5 sampai 20 cm, lebar 1,5 – 12 cm, warnanya hijau.
II.4.3 Kandungan kimia dan kegunaan
II.5 Uraian Hewan Coba
Mencit (Mus musculus)
II.5.1 Klasifikasi (Jasin, 1984)
Kingdom      : Animalia
Filum          : Chordata
Kelas          : Mamalia
Ordo          : Rodentia
Famili         : Muridae
Genus         : Mus
Spesies      : Mus musculus

II.5.2 Karakteristik (Ningsih, 2011)
Berat badan dewasa       : 20-40 g jantan, 18-35 g betina
Mulai dikawinkan            : 8 minggu (jantan dan betina)
Lama kehamilan              : 19-21 hari
Jumlah pernapasan         : 140-180/menit, turun menjadi 80/menit dengan anestesi, naik sampai 230/menit dalam stress    
Volume tidal                   : 0,09 – 0,23
Detak jantung               : 600-650/menit turun menjadi 350/menit dengan anestesi, naik sampai 750/menit dalam stress
Volume darah                  : 76-80 ml/kg
Tekanan darah                : 130-160 sistol, 102-110 diastol, turun menjadi 110 sistol, 80 diastol dengan anestesi
Kolesterol                      : 26,0 - 82,4 mg/100 ml


BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat Yang Digunakan
           Alat yang digunakan dalam praktikum antidiabetes mellitus adalah alu, batang pengaduk, Erlenmeyer 50 ml, gelas piala 50 ml, gelas ukur 50 ml, glukometer, jarum suntik 1 ml, lap kasar, lumpang , pipet tetes, sendok tanduk, spoit oral (kanula), sudip, stopwatch, timbangan analitik, dan vial.
III.2 Bahan Yang Dipakai
Bahan yang dipakai dalam praktikum antidiabetes mellitus adalah aquadest,ekstrak etanol daun murbei,etanol, glibenklamid, glukosa 10 %, glukovance®, kertas timbang, Na CMC 1 %, dan tissue.
III.3 Hewan Coba      
        Mencit (Mus musculus)


III.4 Cara kerja
III.4.1 Pemilihan dan pemeliharaan Hewan coba
1.       Dipilih hewan coba yang sehat (tidak cacat dan sakit)
2.      Mencit dipuasakan kurang lebih 8 jam
3.      Sehari sebelum diberi perlakuan, berat badan mencit ditimbang dan dibagi dalam beberapa kelompok berdasarkan jenis obat yang akan diberikan
4.      Mencit diberi tanda dan dicatat berat badannya
III.4.2 Penyiapan bahan
1.     Na CMC 1% b/v
a.    Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
b.    Ditimbang dengan seksama 1 gram Na CMC lalu didispersikan dengan air hangat sedikit demi sedikit sebanyak 50 ml.
c.    Kemudian digerus hingga Na CMC tersebut larut dengan air hangat dan diperoleh larutan yang jernih dan ditambahkan dengan 50 ml air dingin
d.    Disimpan dalam lemari es sehari 1 x 24 jam sebelum digunakan
2.    Glukosa 10 % b/v
a.    Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
b.    Ditimbang glukosa 10 gram , kemudian  dilarutkan dalam air panas hingga terbentuk larutan
c.    Ditambahkan dengan aquades hingga volume larutan mencapai 100 ml
d.    Disimpan dalam lemari es
3.    Obat DM
a.    Glibenklamid
1)    Disiapkan alat dan bahan  yang digunakan
2)   Ditimbang glibenklamid sesuai dengan perhitungan
3)   Digerus dalam lumpang dan ditambahkan dengan larutan Na CMC sedikit demi sedikit, hingga obat larut
4)   Dimasukkan dalam labu takar dan dicukupkan hingga 10 ml dan dihomogenkan.
b.    Glucovance®
1)    Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
2)   Ditimbang glucovance sesuai dengan pehitungan
3)   Dimasukkan dalam lumping dan digerus kemudian ditambahkan dengan larutan Na CMC sedikit demi sedikit hingga obat tersebut larut, dimasukkan dalam labu takar 10 ml
4)   Dicukupkan volumenya hingga 10 ml dan dihomogenkan.
III.4.3 Perlakuan hewan coba
1.     Diambil seekor mencit
2.    Dipuasakan mencit tersebut
3.    Diukur kadar glukosa puasanya
4.    Diinduksi dengan glukosa 10%
5.    Diukur kembali kadar glukosa setelah induksi
6.    Diberikan obat, mencit pertama diberikan Na CMC 1%, mecit kedua diberikan glucovance dan mencit ketiga diberikan dengan glibenclamid
7.    Diukur kembali kadar glukosa darahnya tiap interval waktu 15 menit.













BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
IV.1 Data Pengamatan
Nama Obat
BB
VP
Puasa 
Awal
15’
30’
60’
90’
Na CMC 1%
16 g
0,533 ml
89 mg/dL
125 mg/dL
97  mg/dL
87  mg/dL
70 mg/dL
32 mg/dl
Glibenklamid
17 g
0,57 ml
51 mg/dL
87 mg/dL
41 mg/dL
23 mg/dL
27 mg/dL

Ekstrak etanol daun murbei 0,5%
18 g
0,6 ml
108 mg/dL
157 mg/dL
154 mg/dL
171 mg/dL
154 mg/dL
115 mg/dl
Ektrak etanol daun murbei 1%
15 g
0,5 ml
109 mg/dL
242 mg/dL
196 mg/dL
167 mg/dL
138 mg/dL

Glukovance®
16 g
0,533 ml
135 mg/dL
332 mg/dL
390 mg/dL
507  mg/dL
146 mg/dL
115 mg/dl

IV.2 Perhitungan Persen Penurunan
a. Penurunan
Na CMC 1 %
                           induksi – menit ke 15’
% Penurunan  =                                         x 100 %
                                               induksi
                           140 mg/dL – 128 mg/dL
                          =                                     x 100 %  =   8,57 %
                                                140 mg/dL            
                           induksi – menit ke 30’
% Penurunan  =                                         x 100 %
                                               induksi
                           140 mg/dL – 122 mg/dL
                          =                                     x 100 %  =   12,85 %
                                                140 mg/dL
                           induksi – menit ke 60’
% Penurunan  =                                         x 100 %
                                               induksi
                           140 mg/dL – 125 mg/dL
                          =                                     x 100 %  =   10,71 %
                                                140 mg/dL
                                    8,57 % + 12,85 % + 10,71 %
Total % Penurunan   =                                                                       
                                                              3
                                     32,13 %
                                =                      = 10,71 %
                                                   3
          Glibenklamid 1
                           induksi – menit ke 15’
% Penurunan  =                                         x 100 %
                                               induksi
                           130 mg/dL – 122 mg/dL
                          =                                     x 100 %  =   6,15 %
                                                130 mg/dL            
                           induksi – menit ke 30’
% Penurunan  =                                         x 100 %
                                               induksi
                           130 mg/dL – 107 mg/dL
                          =                                     x 100 %  =   17,6 %
                                                130 mg/dL
                           induksi – menit ke 60’
% Penurunan  =                                         x 100 %
                                               induksi




                           130 mg/dL – 98 mg/dL
                          =                                     x 100 %  =   24,61 %
                                                130 mg/dL
                                    6,15 % + 17,69 % + 24,61 %
Total % Penurunan   =                                                                       
                                                              3
                                     16,15 %
                                =                      = 5,38 %
                                                   3
Glibenklamid 2
                           induksi – menit ke 15’
% Penurunan  =                                         x 100 %
                                               induksi
                           32 mg/dL – 52 mg/dL
                          =                                     x 100 %  = -62,5 %
                                                32 mg/dL             
                           induksi – menit ke 30’
% Penurunan  =                                         x 100 %
                                               induksi
                           32 mg/dL – 60 mg/dL
                          =                                     x 100 %  =   -87,5 %
                                                32 mg/dL
                           induksi – menit ke 60’
% Penurunan  =                                         x 100 %
                                               induksi
                          
                           32 mg/dL – 88 mg/dL
                          =                                     x 100 %  =   -1,75 %
                                                32 mg/dL
                                    (-62,5) % + (87,5) % + (-1,75) %
Total % Penurunan   =                                                                       
                                                                    3
                                     (-151,75) %
                                =                      = -50,5 %
                                                       3
        Glukovance® 1
                           induksi – menit ke 15’
% Penurunan  =                                         x 100 %
                                               induksi
                            144 mg/dL – 92 mg/dL
                          =                                     x 100 %  = 0,36   %
                                                144 mg/dL            
                           induksi – menit ke 30’
% Penurunan  =                                         x 100 %
                                               induksi
                           144 mg/dL – 63 mg/dL
                          =                                     x 100 %  =   0,56 %
                                                144 mg/dL
                           induksi – menit ke 60’
% Penurunan  =                                         x 100 %
                                               induksi
                           144 mg/dL – 60 mg/dL
                          =                                     x 100 %  = 0,58   %
                                                144 mg/dL
                                    0,36 % + 0,56 % + 0,58 %
Total % Penurunan   =                                                                       
                                                              3                                
                                =     0,5 %
      Glukovance® 2
                           induksi – menit ke 15’
% Penurunan  =                                         x 100 %
                                               induksi
                            60 mg/dL – 47 mg/dL
                          =                                     x 100 %  = 0,21   %
                                                60 mg/dL             
                           induksi – menit ke 30’
% Penurunan  =                                         x 100 %
                                               induksi
                              60 mg/dL – 40 mg/dL
                          =                                     x 100 %  =   0,3 %
                                                60 mg/dL
                           induksi – menit ke 60’
% Penurunan  =                                         x 100 %
                                               induksi

                             60 mg/dL – 32 mg/dL
                          =                                     x 100 %  = 0,4   %
                                                60 mg/dL
                                    0,21 % + 0,3 % + 0,4 %
Total % Penurunan   =                                                                       
                                                              3
                                        = 0,30 %








BAB V
PEMBAHASAN
Diabetes mellitus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu gangguan menahun pada khususnya metabolisme karbohidrat dalam tubuh, dan juga pada metabolisme lemak dan protein (lat. Diabetes = penerusan, mellitus = madu). Sebabnya ialah kekurangan hormon insulin untuk menggunakan (membakar) glukosa sebagai sumber energi serta guna sintesis lemak, dengan efek terjadinya hiperglikemia.
Diabetes mellitus memiliki pembagian, dan pembagian  DM ada 2 tipe yaitu, tipe I IDDM, terdapat destruksi dari sel-sel  beta pancreas sehingga tidak memproduksi insulin lagi dengan akibat sel-sel tidak bisa nmenyerap glukosa darah meningkat diatas 10 mmol/ L. yakni nilai ambang ginjal sehingga  glukosa berlebihan dikeluarkan lewat urin bersama banyak air. Penyebabnya belum begitu jelas tetapi indiksi kuat menyatakan suatu infelksi firus yng menyebabkan reaksi auto imun berlebihan. Pengobatannya pemberian insulin seumur hidup. Tipe II (NIIDM), usia diatas 40, resiko pada overweight. Akibat proses menua bayak pasien mengalami penyusutan sel-sel beta yang progresif serta penumpukan amiloid di sekitar sel-sel beta , pengobatan tidak tergantung insulin dapat diatur dengan  antidiabettk oral golongan sulfoniluerea. Sel b pancreas pada saat yang sama memperbaiki tanggapan  terhadap rangsangan glukosa fisologik. Ini berarti bahwa  obat ini hanya berkhasiat jika diproduksi insulin tubuh sendiri paling kurang sebagian  bertahan atau dengan kata lain, obat ini tidak berkhasiat jika tidak ada produksi insulin, selain itu pada dosis yang tinggi obt ini akan menghambat metabolisme insulin pada protein plasma. Walaupun efek ini kurang berarti secara terapeutik.
Penggolongan obat Anti Diabetes dan mekanisme kerjanya :
1.     Sulfonilurea
Merupakan obat yang mempunyai efek hipoglikemik sehingga disebut juga sebagai obat hipoglikemik oral (OHO). Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pancreas. Ada 3 generasi sulfonilrea yang beredar.
Generasi I : Acetohexamid, Chlorpropamid, Tolbutamid dan Talazamid
Generasi II     : Gliclazid, Glipizid, gliburid dan Glibenklamid.
Generasi III   : Glimepirid.
Mekanisme kerja dari semua golongan sulfonilurea yaitu merangsang pelepasan insulin dari sel B pankreas, menghambat sintesis glukosa di hati, bekerja dengan cara menekan sekresi glukagon dari sel alfa pankreas.
2.    Biguanida
Mekanisme dari golongan biguanida berbeda dengan sulfonilurea karena tidak merangsang sekresi insulin. Mekanisme kerjanya menurunkan produksi glukosa di hepar, melakukan glukogenolisis dihati atau penguraian glukosa. dan meningkatkan sensitivitas jaringan otot dan adipose terhadap insulin Contohnya seperti metformin.
3.    Inhibitor α-Glukosidase
Mekanisme dari golongan Inhibitor α-Glukosidase yaitu menghambat enzim glukosidase yang merombak karbohidrat menjadi gula yang terdapat diusus halus, golongan ini biasa digunakan untuk pengobatan DM tipe II, contohnya seperti akarbose dan miglitol.



4.    Thiazolinidion
Mekanisme dari golongan Thiazolinidion adalah Meningkatkan sensitivitas insulin, menurunkan produksi glukosa hepar, menurunkan asam lemak bebas di plasma, remodeling  jaringan adipose menurunkan resistensi insulin. Contoh obatnya yaitu Troglitazon.
5.    Maglitinida
Mekanisme dari golongan Maglitinida adalah sama dengan insulin tetapi tidak menurunkan kadar glukosa pada darah. Contoh obatnya yaitu Repaginida..
Pada praktikum kali ini digunakan obat golongan Sulfonilurea yaitu Glibenklamid dan obat golongan Biguanid yaitu Metformin serta ekstrak daun murbay 0,5% dan ekstrak daun murbay 1%.
Dari data percobaan yang dilakukan, Glibenklamid  merupakan obat antidiabetik yang efektif dimana didapatkan penurunan kadar glukosa setelah pemberian obat yang penurunannya berangsur-angsur ke kadar normal yaitu 27 mg/dL.
Pada obat Glukovance® yang memiliki zat aktif Glibenklamid dan metformin, setelah pemberian obat secara berangsur-angsur interval 15’, 30’, 60’, dan 90’ mengalami penurunannya hingga 115 mg/dL.
Pada ekstrak etanol daun murbay 0,5% setelah pemberian dengan interval 15’, 30’, 60’, dan 90’ juga mengalami penurunan hingga 115mg/dL. Begitu juga dengan ekstrak etanol daun murbay 1 % yang juga mengalami penurunan glukosa darah dari interval 5’, 30’, dan 60’ penurunannya yaitu  138 mg/dL.
Jadi, obat yang lebih efektif dari percobaan kali ini yaitu Glibenklamid karena mengalami penuruna yang signifikan.

 
                        
















BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahan obat Glibenklamid dan Glukovance dapat menurunkan kadar gula dalam darah.
VI.2 Saran
Sebaiknya pendampingan asisten pada saat percobaan di dalam laboratorium lebih di tingkatkan, agar praktikum dapat berjalan dengan lancar.









DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. “Penuntun Praktikum Farmakologi dan Toksikologi III”. Fakultas Farmai UMI : Makassar
Ditjen POM.,1979,Farmakope Indonesia edisi III ,DEPKES RI,Jakarta
                  
Ditjen POM. 1995, Farmakope Indonesia edisi IV ,DEPKES RI,Jakarta

Mycek.M.J, Harvey. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Widya Medika : Jakarta.
Sloane, Ethel. 2004. “Anatomi dan Fisiologi untuk pemula”. EGC : Jakarta
Sukandar Elin Yuliana, dkk. 2008. “Iso Farmakoterapi”. PT. ISFI Penerbitan : Jakarta

























                        LAMPIRAN
A. Skema Kerja
Mencit

Diukur kadar glukosa darah puasa

Induksi glukosa 10 %

pemberian obat (P.O)
 

                                  
  Na CMC 1%   Glibenklamid ektrak etanol daun murbei    Glukovance
 


Ukur kadar glukosa tiap 15’, 30’, 60’, 90’

Data Pengamatan

      Kesimpulan
B. Perhitungan Dosis
   Obat Glukovance®
       Glibenklamid
Dosis mencit 17 g = 5 mg x 0,0026
                             = 0,013 mg
                                 30 g
Dosis mencit 30 g  =             x 0,013 mg
                         17 g

                             = 0,0195 mg
Metformin

Dosis mencit 20 g = 250 mg x 0,0026

                           = 0,65 mg

                              30 g
Dosis mencit 30 g =           x 0,65 mg
                            20 g
                                     
                                     = 0,975 mg

          Dosis kombinasi = dosis max glibenklamid + dosis max metformin

                                  = 0,0195 mg + 0,975 mg

                                  = 0,094 mg





     Larutan stok 10 ml

                        10 ml
       Larutan stok =             x 0,094 mg
                                 1 ml
         
                             = 0,94 mg


    Berat Yang Ditimbang

                 0,94 mg
       BYD =                        x 916,98 mg
                        251,25 mg

                  = 3,430 mg


     Obat Glibenklamid

Dosis mencit 17 g = 5 mg x 0,0026

                           = 0,13 mg

                              30 g
Dosis mencit 30 g =           x 0,13 mg
                            17 g
                                     
                                     = 0,229 mg

      Volume Pemberian
         VP mencit 30 g = 1 ml
                                    17 g
          VP mencit 17 g =          x 1 ml
                            30 g
         
                                = 0, 567 ml

     Larutan stok 10 ml

                        10 ml
       Larutan stok =             x 0,229 mg
                                 1 ml
         
                             = 2,29 mg

    Berat Yang Ditimbang

                 2,29 mg
       BYD =                        x 202,49 mg
                        5 mg

                  = 92,74 mg

C. Nama Paten

   Glibenklamid
o   Condiabet®
o   Daonil®
o   Glidanil®
o   Glimel®
o   Libronil®
o   Padonil®
o   Prodiamel
o   Renabetic
   Metformin
o   Adecco®
o   Benofomin®
o   Diabex®
o   Efomet®
o   Glucophage®
o   Glufor®
o   Glumin®
o   Methormyl®
o   Metphar®
o   Zendiab®
o   Zumamet®



Tidak ada komentar:

Posting Komentar