BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Untuk dapat melakukan aktivitas
hidupnya sehari-hari, manusia dan makhluk hidup lainnya seperti hewan dan
tumbuhan memerlukan energi.
Karbohidrat merupakan sumber energi
terbesar yang mana didalam tubuh akan dimetabolisme menjadi glukosa yang
kemudian digunakan langsung untuk kebutuhan energi tubuh ataupun disimpan dalam
otot dan jaringan lain.
Namun kadangkala metabolisme yang
diharapkan dari sumber energi ini tidak berlansung sebagaimana mestinya, yang
mungkin disebabkan berbagai faktor, diantaranya disfungsi organ-organ tubuh
yang berperan dalam metabolisme tersebut.
Diabetes Mellitus merupakan
penyebab kematian ketiga di Indonesia setelah penyakit jantung dan kanker.
Diabetes merupakan penyakit yang dapat menggangu metabolisme glukosa tersebut,
dimana glukosa yang seharusnya menjadi bermanfaat dan merupakan sumber energi,
berubah menjadi musuh dalam tubuh yang mengganggu sistem kestabilan organ.
Untuk mengatasi masalah tersebut,
sekarang ini telah dikembangkan berbagai penemuan dan obat yang dapat
menurunkan resiko dan mengobati penyakit Diabetes Mellitus. Berbagai produk
obat dengan nama paten pun telah beredar di pasaran.
Pengujian efek farmakologi dari
obat antidiabetes yang beredar di pasaran perlu dilakukan untuk mengetahui
keefektivan dari obat tersebut. Selain itu, sebagai mahasiswa fakultas farmasi
kita harus mengetahui obat antidiabetes yang ideal dan tidak memiliki efek
samping yang merugikan bagi pengguna obat tersebut.
I.2 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami
efek dari obat antidiabetes terhadap hewan coba mencit (Mus musculus).
I.3 Tujuan Percobaan
Untuk menentukan tingkat efektifitas pemberian obat
antidiabetes yaitu Glibenklamid, Glukovance® dan kontrol Na CMC juga untuk
dapat mengetahui
efek antidiabetes dari obat tersebut pada hewan coba mencit (Mus musculus) yang terlebih dahulu diinduksi
dengan larutan glukosa 10%.
I.4 Prinsip Percobaan
Penentuan penurunan kadar glukosa darah dan tingkat
efektifitas pemberian obat antidiabetes yakni Glibenklamid dan Glukovance® pada
hewan mencit (Mus musculus) yang
telah diinduksi dengan larutan glukosa 10% berdasarkan onset dan durasinya
dengan menggunakan alat glukometer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
Teori Umum
Pada orang sehat, air
kemihnya tidak akan mengandung zat yang berguna bagi tubuh, seperti gula dan
protein. Bila dalam air kemih seseorang terdapat gula yang berlebihan, ini
berarti orang tersebut menderita penyakit kenccing manis atau diabetes melitus.
Ini terjadi karena kekurangan hormone insulin. Penyakit sering buang air kesil
disebut diabetes insipidus (Irianto, 2004).
Diabetes mellitus,
penyakit gula atau kencing manis adalah suatu gangguan menahun pada khususnya
metabolisme karbohidrat dalam tubuh, dan juga pada metabolisme lemak dan
protein (lat. Diabetes = penerusan, mellitus = madu). Sebabnya ialah kekurangan
hormon insulin untuk menggunakan (membakar) glukosa sebagai sumber energi serta
guna sintesis lemak, dengan efek terjadinya hiperglikemia (Mycek, 2001)
Pankreas adalah suatu
kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon peptida insulin, glukagon dan
somatostatin, dan suatu kelenjar eksokrin yang menghasilkan enzim pencernaan.
Hormon peptida disekresikan dari sel-sel yang berlokasi dalam pulau-pulau
Langer hans (β atau sel –B yang menghasilkan insulin, α2 atau sel-A
yang menghasilkan glukagon dan α1 atau sel-D yang menghasilkan
somatostatin) (Mycek, 2001).
Ada empat jenis sel penghasil
hormone yang teridentifikasi dalam pulau – pulau langerhans tersebut (Sloane,
2004):
Ø Sel alfa memsekresi glucagon, yang meningkatkan
kadar gula darah
Ø Sel beta mensekresi insulin, yang menurunkan kadar
gula darah
Ø Sel delta mesekresi somatostatin, atau hormone
penghalang hormon pertumbuhan, yang menghambat sekresi glucagon dan insulin.
Ø Sel F mensekresi polipeptida pancreas, sejenis
hormone pencernaan unruk fungsi yang tidak jelas, yang dilepaskan setelah
makan.
Diagnosis DM awalnya
dipikirkan dengan adanya gejala khas berupa polifagia, poliuria, polidipsia,
lemas, dan berat badan turun. Gejala lain yang mungkin dikeluhkan pasien adalah
kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensi pada pria, serta prutitus vulva
pada wanita (Mansjoer, 2001).
Kriteria diagnosis
diabetes mellitus adalah kadar glukosa puasa ≥ 126 mg/dL, atau pada 2 jam setelah
makan ≥ 200 mg/dL atau HbA1c ≥ 8%. Jika kadar glukosa 2 jam setelah makan >
140 mg/dL, tetapi lebih dari 200 mg/dL, dinyatakan glukosa toleransi lemah
(Sukandar, 2008).
Manifestasi Klinik
Diabetes Melitus yaitu (Sukandar, dkk, 2008):
v DM tipe I
ü Penderita DM tipe I biasanya memiliki
tubuh yang kurus dan cenderung berkembang menjadi diabetes ketoasidosis karena
insulin sangat kurang disertai peningkatan hormone glucagon.
ü Sejumlah 20-40% pasien mengalami DKA
setelah beberapa hari mengalami poliuria, polidipsia, polifagia, dan kehilangan
bobot badan.
v DM tipe II
ü Pasien dengan DM tipe II sering
asimptomatik. Munculnya komplikasi dapat mengindikasikan bahwa pasien telah
menderita DM selama bertahun-tahun, umumnya muncul neuropathi.
ü Pada diagnosis umumnya terdeteksi
adanya letargi, poliuria, nokturia, dan polidipsia sedangkan penurunan bobot
badan secara signifikan jarang terjadi.
II.2 Uraian Bahan
1.
Aquadest (Ditjen POM, FI III 1979)
Nama Resmi :
Aqua Destillata
Nama Lain :
Air suling
Pemerian :
Cairan jernih; tidak berwarna; tidakberbau; tidak mempunyai rasa
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: Sebagai pelarut
2. Betadine®, Povidon
Iodum (Ditjen POM, FI IV 1995)
Nama Resmi
: Povidoni Iodum
Nama Lain
: Povidon Iodum
Pemerian : Serbuk amorf, coklat
kekuningan, sedikit berbau khas. Larutan bereaksi asam terhadap kertas lakmus
Kelarutan : Larut dalam air dan dalam
etanol, praktis tidak larut dalam kloroform, dalam karbon tetrakloridam dalam
eter, dalam heksana, dan dalam aseton
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai antiseptik
3. Glibenklamida
(Ditjen POM, FI IV 1995)
Nama Resmi :
Glibenclamidum
Nama Lain :
Glibenklamida
Pemerian : Serubuk hablur, putih atau hampir putih,
tidak berbau atau hampir tidak berbau
Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air dan dalam eter, sukar larut dalam etanol dan
dalam methanol, larut sebagian dalam kloroform
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: Sebagai pelarut
4.
Glukosa (Ditjen POM, FI IV 1995)
Nama
Resmi : Dextrosum
Nama
Lain : Glukosa,
Dekstrosa
Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau
serbuk granul putih, tidak berbau, rasa manis
Kelarutan
: Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, larut dalam
etanol mendidih, sukar larut dalam etanol
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: Sebagai induksi sumber gula
5.
Metformin Hidroklorida (Ditjen POM, FI IV 1995)
Nama
Resmi : Metformini
Hydrochloridum
Nama Lain :
Metformin hidroklorida
Pemerian :
Serbuk hablur putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau, higroskopik
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup baik
Kelarutan : Mudah larut dalam air, praktis
tidak larut dalam eter dan dalam kloroform, sukar larut dalam etanol
Kegunaan :
Sebagai obat antidiabetes
6.
Na CMC (Ditjen POM, FI IV 1995)
Nama
Resmi : Natrii
carboxymetylcellulosum
Nama Lain :
CMC, cethylone, thislose, selolax dan polise
Pemerian :
Granul putih atau serbuk putih
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup baik
Kelarutan :
Praktis tidak larut dalam air
Kegunaan :
Sebagai pelarut dan control
II.3 Uraian Obat
1. Glibenklamid
Golongan : Antidiabetes (sulfonylurea) (Theodorus, 1996)
Indikasi : Diabetes mellitus (Theodorus, 1996)
Farmakodinamik : Glibenclamid merangsang sekresi insulin
dari granul sel – sel langerhans pancreas. Rangsangannya melalui
interaksinya dengan ATP sensitive K
channel (Gan gunawan, 2007).
Farmakokinetik : Sulfonilurea generasi II, umumnya
potensi hipoglikemiknya hampir 100x lebih besar dari generasi I. meski waktu
paruhnya pendek, hanya sekitar 3 – 5 jam, efek hipoglikemiknya berlangsung 12 –
24 jam, sering cukup diberikan 1x sehari. Alasan mengapa masa paruh yang pendek
ini, memberikan efek hipoglikemik panjang, belum diketahui (Gan gunawan, 2007).
Efek Samping :
Mual, muntah, sakit perut, vertigo, bingung, ataksia, reaksi alergi (Theodorus,
1996). Insidens efek samping generasi I sekitar 4%. Insidensinya lebih rendah
lagi untuk generasi II. Hipoglikemia, bahkan sampai koma tentu dapat timbul.
Reaksi ini lebih terjadi pada pasien usia lanjut dengan gangguan fungsi hepar
atau ginjal, terutama yang mengunakan sediaan dengan masa kerja panjang. Efek
samping lain, reaksi alergi jarang sekali terjadi, mual, muntah, diare, gejala
hematologic, SSP, mata dan sebagainya (Gan gunawan, 2007).
Kontraindikasi : Wanita diabetes yang sedang hamil,
penderita glikosuria renal non-diabetes, hipersensitivitas (Theodorus, 1996).
Interaksi
Obat : Glukokortikoid, hormone
tiroid, diuretika, estrogen menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah
bila diberikan bersamaan. Dosis obat ini harus ditingkatkan bila diberikan
bersama fenitoin, rifampin, klorpromazin. Meningkatkan resiko hipoglikemia bila
diberikan bersama alkohol, fenformin, sulfonamide, kaptopril, simetidin,
antikoagulan, kloramfenikol, penghambat MAO dan anabolic steroid, klofibrat
serta fenfluramin, salisilat (Theodorus, 1996)
Dosis :
Permulaan 1 dd 2,5 – 5 mg, bila perlu dinaikkan setiap minggu sampai maksimal 2
dd 1 mg (Tjay, 2004).
2. Glukovance®, Metformin
Golongan : Antidiabetes (Theodorus, 1996)
Indikasi : Diabetes mellitus
(Theodorus, 1996).NIDDM yang gagal dikendalikan dengan diet dan sulfonylurea,
terutama pada pasien yang gemuk (Pramudianto, 2010).
Farmakodinamik : Menghambat glukoneogenesis hepatic,
menurunkan absorpsi glukosa di intestinum, perangsangan reseptor insulin,
meningkatkan glikolisis anaerob yang mengakibatkan meningkatnya penggunaan
glukosa (Theodorus, 1996)
Farmakokinetik : Metformin oral akan mengalami
absorpsi di intestine, dalam darah tidak terikat protein plasma, ekskresinya
melalui urin dalam keadaan utuh masa paruhnya sekitar 2 jam (Gan gunawan,
2007).
Efek Samping :
Hampir 20% pasien dengan metformin mengalami mual; muntah; diare serta kecap
logam (metallic tester); tetapi dengan meuunkan dosis, keluhan tersebut mulai
hilang (Gan gunawan, 2007). Mual, muntah, diare, lidah rasa metalik, bingung,
berkeringat, wanita menyesui (Theodorus, 1996)
Kontraindikasi : Penyakit hati berat, penyakit
ginjal yang disertai uremia, penyakit jantung kongestif, wanita diabetes yang
hamil, wanita menyesui (Theodorus, 1996).
Interaksi Obat :
Kadar glukosa dalam darah meningkat bila diberikan bersama glukokortikoid,
estrogen, hormone tiroid, beta bloker, rifampin, fenobarbital, fenitoin,
klorpromazin (Theodorus, 1996). berinteraksi degan furosemid, furosemid
meningkatkan kadar plasma metformin, Cmax meningkat 22% dan AUC 15%, perubahan
ekskresi renal tidak signifikan. Cmax dan AUC furosemid lebih rendah 31 dan
12%, t½ terminal turun 32% tanpa
perubahan signifikan pada klirens renal furosemid. Gliburid, pemberian tunggal
metformin meningkatkan AUC dan Cmax gliburid tetapi sangat bervariasi (Pramudianto,
2010).
Dosis :
2-3 x 0,5-1 gr/hari (Theodorus, 1996)
II.4 Uraian Tanaman
II.4.1 Klasifikasi
Murbai (Morus alba L)
Kingdom :
Plantae
Subkingdom :
Tracheobionta
Super Divisi :
Spermatophyta
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Subkelas :
Dilleniidae
Ordo :
Urticales
Family :
Moraceae
Genus :
Morus
Spesies :Morus
alba L.
II.4.2 Morfologi
Tumbuh baik pada ketinggian lebih
dari 100m dpl. Dan memerulukan cukup sinar matarhari. Pohon, tinggi sekitar
percabangan banyak, cabang muda berambut halus daun tunggal, letak berseling,
bertangakai yang panjangnya 4 cm. helai daun bulat telur sampai berbentuk
jantung, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi berigi, pertulangan meyirip agak
meninjol, permukaan atas dan bawahnya kasar, panjang 2,5 sampai 20 cm, lebar
1,5 – 12 cm, warnanya hijau.
II.4.3 Kandungan kimia dan kegunaan
II.5 Uraian Hewan Coba
Mencit (Mus
musculus)
II.5.1 Klasifikasi (Jasin, 1984)
Kingdom :
Animalia
Filum :
Chordata
Kelas :
Mamalia
Ordo :
Rodentia
Famili :
Muridae
Genus :
Mus
Spesies : Mus
musculus
II.5.2 Karakteristik (Ningsih, 2011)
Berat badan dewasa : 20-40 g jantan, 18-35 g betina
Mulai dikawinkan : 8 minggu (jantan dan betina)
Lama kehamilan : 19-21 hari
Jumlah pernapasan : 140-180/menit, turun menjadi 80/menit
dengan anestesi, naik sampai 230/menit dalam stress
Volume tidal : 0,09 – 0,23
Detak jantung :
600-650/menit turun menjadi 350/menit dengan anestesi, naik sampai 750/menit
dalam stress
Volume darah : 76-80 ml/kg
Tekanan
darah : 130-160 sistol, 102-110 diastol, turun menjadi 110
sistol, 80 diastol dengan anestesi
Kolesterol : 26,0 - 82,4 mg/100 ml
BAB III
METODE KERJA
III.1
Alat Yang Digunakan
Alat
yang digunakan dalam praktikum antidiabetes mellitus adalah alu, batang pengaduk,
Erlenmeyer 50 ml, gelas piala 50 ml, gelas ukur 50 ml, glukometer, jarum suntik
1 ml, lap kasar, lumpang , pipet tetes, sendok tanduk, spoit oral (kanula),
sudip, stopwatch, timbangan analitik, dan vial.
III.2 Bahan Yang Dipakai
Bahan yang dipakai dalam praktikum
antidiabetes mellitus adalah aquadest,ekstrak etanol daun murbei,etanol,
glibenklamid, glukosa 10 %, glukovance®, kertas timbang, Na CMC 1 %, dan
tissue.
III.3 Hewan Coba
Mencit (Mus musculus)
III.4 Cara kerja
III.4.1 Pemilihan dan pemeliharaan Hewan coba
1.
Dipilih hewan coba yang
sehat (tidak cacat dan sakit)
2.
Mencit dipuasakan
kurang lebih 8 jam
3.
Sehari sebelum diberi
perlakuan, berat badan mencit ditimbang dan dibagi dalam beberapa kelompok
berdasarkan jenis obat yang akan diberikan
4.
Mencit diberi tanda dan
dicatat berat badannya
III.4.2 Penyiapan bahan
1.
Na CMC 1% b/v
a.
Disiapkan alat dan
bahan yang digunakan
b.
Ditimbang dengan
seksama 1 gram Na CMC lalu didispersikan dengan air hangat sedikit demi sedikit
sebanyak 50 ml.
c.
Kemudian digerus hingga
Na CMC tersebut larut dengan air hangat dan diperoleh larutan yang jernih dan
ditambahkan dengan 50 ml air dingin
d.
Disimpan dalam lemari
es sehari 1 x 24 jam sebelum digunakan
2.
Glukosa 10 % b/v
a.
Disiapkan alat dan
bahan yang digunakan
b.
Ditimbang glukosa 10
gram , kemudian dilarutkan dalam air
panas hingga terbentuk larutan
c.
Ditambahkan dengan
aquades hingga volume larutan mencapai 100 ml
d.
Disimpan dalam lemari
es
3.
Obat DM
a.
Glibenklamid
1)
Disiapkan alat dan
bahan yang digunakan
2)
Ditimbang glibenklamid
sesuai dengan perhitungan
3)
Digerus dalam lumpang
dan ditambahkan dengan larutan Na CMC sedikit demi sedikit, hingga obat larut
4)
Dimasukkan dalam labu
takar dan dicukupkan hingga 10 ml dan dihomogenkan.
b.
Glucovance®
1)
Disiapkan alat dan
bahan yang digunakan
2)
Ditimbang glucovance
sesuai dengan pehitungan
3)
Dimasukkan dalam
lumping dan digerus kemudian ditambahkan dengan larutan Na CMC sedikit demi
sedikit hingga obat tersebut larut, dimasukkan dalam labu takar 10 ml
4)
Dicukupkan volumenya
hingga 10 ml dan dihomogenkan.
III.4.3 Perlakuan hewan coba
1.
Diambil seekor mencit
2.
Dipuasakan mencit
tersebut
3.
Diukur kadar glukosa
puasanya
4.
Diinduksi dengan
glukosa 10%
5.
Diukur kembali kadar
glukosa setelah induksi
6.
Diberikan obat, mencit
pertama diberikan Na CMC 1%, mecit kedua diberikan glucovance dan mencit ketiga
diberikan dengan glibenclamid
7.
Diukur kembali kadar
glukosa darahnya tiap interval waktu 15 menit.
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
IV.1
Data Pengamatan
Nama Obat
|
BB
|
VP
|
Puasa
|
Awal
|
15’
|
30’
|
60’
|
90’
|
Na CMC 1%
|
16 g
|
0,533 ml
|
89 mg/dL
|
125 mg/dL
|
97 mg/dL
|
87 mg/dL
|
70 mg/dL
|
32 mg/dl
|
Glibenklamid
|
17 g
|
0,57 ml
|
51 mg/dL
|
87 mg/dL
|
41 mg/dL
|
23 mg/dL
|
27 mg/dL
|
|
Ekstrak etanol daun murbei 0,5%
|
18 g
|
0,6 ml
|
108 mg/dL
|
157 mg/dL
|
154 mg/dL
|
171 mg/dL
|
154 mg/dL
|
115 mg/dl
|
Ektrak etanol daun murbei 1%
|
15 g
|
0,5 ml
|
109 mg/dL
|
242 mg/dL
|
196 mg/dL
|
167 mg/dL
|
138 mg/dL
|
|
Glukovance®
|
16 g
|
0,533 ml
|
135 mg/dL
|
332 mg/dL
|
390 mg/dL
|
507 mg/dL
|
146 mg/dL
|
115 mg/dl
|
IV.2 Perhitungan Persen Penurunan
a. Penurunan
Na
CMC 1 %
induksi – menit ke 15’
% Penurunan = x 100 %
induksi
140 mg/dL – 128 mg/dL
= x 100 % =
8,57 %
140 mg/dL
induksi – menit ke 30’
% Penurunan = x 100 %
induksi
140 mg/dL – 122 mg/dL
= x 100 % =
12,85 %
140 mg/dL
induksi – menit ke 60’
% Penurunan = x 100 %
induksi
140 mg/dL – 125 mg/dL
= x 100 % =
10,71 %
140 mg/dL
8,57 % + 12,85 % + 10,71 %
Total
% Penurunan =
3
32,13 %
= = 10,71 %
3
Glibenklamid
1
induksi – menit ke 15’
% Penurunan = x 100 %
induksi
130 mg/dL – 122 mg/dL
= x 100 % =
6,15 %
130 mg/dL
induksi – menit ke 30’
% Penurunan = x 100 %
induksi
130 mg/dL – 107 mg/dL
= x 100 % =
17,6 %
130 mg/dL
induksi – menit ke 60’
% Penurunan = x 100 %
induksi
130 mg/dL – 98 mg/dL
= x 100 % =
24,61 %
130 mg/dL
6,15 % + 17,69 % + 24,61 %
Total
% Penurunan =
3
16,15 %
= = 5,38 %
3
Glibenklamid
2
induksi – menit ke 15’
% Penurunan = x 100 %
induksi
32 mg/dL – 52 mg/dL
= x 100 % = -62,5 %
32 mg/dL
induksi – menit ke 30’
% Penurunan = x 100 %
induksi
32 mg/dL – 60 mg/dL
= x 100 % =
-87,5 %
32 mg/dL
induksi – menit ke 60’
% Penurunan = x 100 %
induksi
32 mg/dL – 88 mg/dL
= x 100 % =
-1,75 %
32 mg/dL
(-62,5) % + (87,5) % + (-1,75) %
Total
% Penurunan =
3
(-151,75) %
= = -50,5 %
3
Glukovance®
1
induksi – menit ke 15’
% Penurunan = x 100 %
induksi
144 mg/dL – 92 mg/dL
= x 100 % = 0,36
%
144 mg/dL
induksi – menit ke 30’
% Penurunan = x 100 %
induksi
144 mg/dL – 63 mg/dL
= x 100 % =
0,56 %
144 mg/dL
induksi – menit ke 60’
% Penurunan = x 100 %
induksi
144 mg/dL – 60 mg/dL
= x 100 % = 0,58
%
144 mg/dL
0,36 % + 0,56 % + 0,58 %
Total
% Penurunan =
3
= 0,5 %
Glukovance®
2
induksi – menit ke 15’
% Penurunan = x 100 %
induksi
60 mg/dL – 47 mg/dL
= x 100 % = 0,21
%
60 mg/dL
induksi – menit ke 30’
% Penurunan = x 100 %
induksi
60 mg/dL – 40 mg/dL
= x 100 % = 0,3
%
60 mg/dL
induksi – menit ke 60’
% Penurunan = x 100 %
induksi
60 mg/dL – 32 mg/dL
= x 100 % = 0,4
%
60 mg/dL
0,21 % + 0,3 % + 0,4 %
Total
% Penurunan =
3
= 0,30 %
BAB V
PEMBAHASAN
Diabetes
mellitus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu gangguan menahun pada
khususnya metabolisme karbohidrat dalam tubuh, dan juga pada metabolisme lemak
dan protein (lat. Diabetes = penerusan, mellitus = madu). Sebabnya ialah
kekurangan hormon insulin untuk menggunakan (membakar) glukosa sebagai sumber
energi serta guna sintesis lemak, dengan efek terjadinya hiperglikemia.
Diabetes
mellitus memiliki pembagian, dan pembagian
DM ada 2 tipe yaitu, tipe I IDDM, terdapat destruksi dari sel-sel beta pancreas sehingga tidak memproduksi
insulin lagi dengan akibat sel-sel tidak bisa nmenyerap glukosa darah meningkat
diatas 10 mmol/ L. yakni nilai ambang ginjal sehingga glukosa berlebihan dikeluarkan lewat urin
bersama banyak air. Penyebabnya belum begitu jelas tetapi indiksi kuat
menyatakan suatu infelksi firus yng menyebabkan reaksi auto imun berlebihan.
Pengobatannya pemberian insulin seumur hidup. Tipe II (NIIDM), usia diatas 40,
resiko pada overweight. Akibat proses menua bayak pasien mengalami penyusutan
sel-sel beta yang progresif serta penumpukan amiloid di sekitar sel-sel beta ,
pengobatan tidak tergantung insulin dapat diatur dengan antidiabettk oral golongan sulfoniluerea. Sel
b pancreas pada saat yang sama
memperbaiki tanggapan terhadap
rangsangan glukosa fisologik. Ini berarti bahwa
obat ini hanya berkhasiat jika diproduksi insulin tubuh sendiri paling
kurang sebagian bertahan atau dengan
kata lain, obat ini tidak berkhasiat jika tidak ada produksi insulin, selain
itu pada dosis yang tinggi obt ini akan menghambat metabolisme insulin pada
protein plasma. Walaupun efek ini kurang berarti secara terapeutik.
Penggolongan
obat Anti Diabetes dan mekanisme kerjanya :
1.
Sulfonilurea
Merupakan obat yang mempunyai efek
hipoglikemik sehingga disebut juga sebagai obat hipoglikemik oral (OHO). Obat
golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta
pancreas. Ada 3 generasi sulfonilrea yang beredar.
Generasi I :
Acetohexamid, Chlorpropamid, Tolbutamid dan Talazamid
Generasi II : Gliclazid, Glipizid, gliburid dan Glibenklamid.
Generasi III : Glimepirid.
Mekanisme kerja dari
semua golongan sulfonilurea yaitu merangsang pelepasan insulin dari sel B
pankreas, menghambat sintesis glukosa di hati, bekerja dengan cara menekan sekresi
glukagon dari sel alfa pankreas.
2.
Biguanida
Mekanisme
dari golongan biguanida berbeda dengan sulfonilurea karena tidak merangsang sekresi
insulin. Mekanisme kerjanya menurunkan
produksi glukosa di hepar, melakukan glukogenolisis dihati atau penguraian
glukosa. dan meningkatkan sensitivitas jaringan otot dan adipose terhadap
insulin Contohnya seperti metformin.
3.
Inhibitor α-Glukosidase
Mekanisme
dari golongan Inhibitor α-Glukosidase yaitu menghambat
enzim glukosidase yang merombak karbohidrat menjadi gula yang terdapat diusus
halus, golongan ini biasa digunakan untuk pengobatan DM tipe II, contohnya seperti akarbose dan miglitol.
4.
Thiazolinidion
Mekanisme
dari golongan Thiazolinidion adalah Meningkatkan sensitivitas insulin, menurunkan produksi glukosa hepar,
menurunkan asam lemak bebas di plasma, remodeling jaringan adipose menurunkan resistensi insulin. Contoh obatnya yaitu Troglitazon.
5. Maglitinida
Mekanisme dari
golongan Maglitinida adalah sama dengan insulin tetapi tidak menurunkan kadar
glukosa pada darah. Contoh obatnya yaitu Repaginida..
Pada
praktikum kali ini digunakan obat golongan Sulfonilurea yaitu Glibenklamid dan
obat golongan Biguanid yaitu Metformin serta ekstrak daun murbay 0,5% dan
ekstrak daun murbay 1%.
Dari
data percobaan yang dilakukan, Glibenklamid
merupakan obat antidiabetik yang efektif dimana didapatkan penurunan
kadar glukosa setelah pemberian obat yang penurunannya berangsur-angsur ke
kadar normal yaitu 27 mg/dL.
Pada
obat Glukovance® yang memiliki zat aktif Glibenklamid
dan metformin, setelah pemberian obat secara berangsur-angsur interval 15’,
30’, 60’, dan 90’ mengalami penurunannya hingga 115 mg/dL.
Pada
ekstrak etanol daun murbay 0,5% setelah pemberian dengan interval 15’, 30’,
60’, dan 90’ juga mengalami penurunan hingga 115mg/dL. Begitu juga dengan
ekstrak etanol daun murbay 1 % yang juga mengalami penurunan glukosa darah dari
interval 5’, 30’, dan 60’ penurunannya yaitu
138 mg/dL.
Jadi,
obat yang lebih efektif dari percobaan kali ini yaitu Glibenklamid karena
mengalami penuruna yang signifikan.
BAB VI
PENUTUP
VI.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari
praktikum yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahan obat Glibenklamid dan
Glukovance dapat menurunkan kadar gula dalam darah.
VI.2 Saran
Sebaiknya pendampingan asisten
pada saat percobaan di dalam laboratorium lebih di tingkatkan, agar praktikum
dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2012. “Penuntun Praktikum Farmakologi
dan Toksikologi III”. Fakultas Farmai UMI : Makassar
Ditjen POM.,1979,Farmakope Indonesia edisi III
,DEPKES RI,Jakarta
Ditjen POM. 1995, Farmakope Indonesia edisi IV
,DEPKES RI,Jakarta
Mycek.M.J, Harvey. 2001. Farmakologi
Ulasan Bergambar. Widya Medika : Jakarta.
Sloane,
Ethel. 2004. “Anatomi dan Fisiologi
untuk pemula”. EGC : Jakarta
Sukandar Elin Yuliana, dkk. 2008. “Iso
Farmakoterapi”. PT. ISFI Penerbitan : Jakarta
LAMPIRAN
A. Skema Kerja
Mencit
Diukur kadar glukosa darah puasa
Induksi glukosa 10 %
pemberian obat
(P.O)
Na CMC 1%
Glibenklamid ektrak etanol daun murbei
Glukovance
Ukur kadar glukosa tiap
15’, 30’, 60’, 90’
Data Pengamatan
Kesimpulan
B. Perhitungan Dosis
Obat
Glukovance®
Glibenklamid
Dosis mencit 17 g =
5 mg x 0,0026
=
0,013 mg
30 g
Dosis mencit 30 g =
x 0,013 mg
17 g
= 0,0195 mg
Metformin
Dosis
mencit 20 g = 250 mg x 0,0026
= 0,65 mg
30 g
Dosis mencit 30 g
= x 0,65 mg
20 g
= 0,975 mg
Dosis
kombinasi = dosis max glibenklamid + dosis max metformin
=
0,0195 mg + 0,975 mg
=
0,094 mg
Larutan stok 10 ml
10 ml
Larutan stok = x 0,094 mg
1 ml
= 0,94 mg
Berat Yang Ditimbang
0,94 mg
BYD = x 916,98 mg
251,25 mg
= 3,430 mg
Obat Glibenklamid
Dosis
mencit 17 g = 5 mg x 0,0026
= 0,13 mg
30 g
Dosis mencit 30 g
= x 0,13 mg
17 g
= 0,229 mg
Volume Pemberian
VP mencit 30 g = 1 ml
17 g
VP mencit 17 g =
x 1 ml
30 g
= 0, 567 ml
Larutan stok 10 ml
10 ml
Larutan stok = x 0,229 mg
1 ml
= 2,29 mg
Berat Yang Ditimbang
2,29 mg
BYD = x 202,49 mg
5 mg
= 92,74 mg
C.
Nama Paten
Glibenklamid
o
Condiabet®
o
Daonil®
o
Glidanil®
o
Glimel®
o
Libronil®
o
Padonil®
o
Prodiamel
o
Renabetic
Metformin
o
Adecco®
o
Benofomin®
o
Diabex®
o
Efomet®
o
Glucophage®
o
Glufor®
o
Glumin®
o
Methormyl®
o
Metphar®
o
Zendiab®
o
Zumamet®